Berbicara tentang dunia fashion, Anda pasti sudah tidak asing dengan brand ternama Zara, bukan?
Kepopuleran Zara dibarengi dengan kepiawaiannya menciptakan kesan produk yang eksklusif.
Banyak orang yang enggan mengenakan pakaian yang serupa ketika berada di khalayak umum. Inilah yang menjadi daya tarik produk yang dihasilkan Zara.
Di sisi lain, ternyata Zara tidak memaksimalkan metode periklanan. Tetapi, pendapatan yang diperoleh bisa mencapai triliunan.
Lantas, bagaimana strategi Zara untuk meraup keuntungan? Yuk ikuti cerita selengkapnya berikut ini!
Tentang Zara
Daftar Isi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Zara adalah salah satu brand fashion tersukses di dunia.
Ada berbagai produk yang ditawarkan mulai dari pakaian, sepatu, dan aksesori untuk berbagai kalangan wanita, pria, hingga anak-anak.
Toko pertama Zara didirikan pada tahun 1975 oleh Amancio Ortega dan Rosalia Mera di kota Galicia, Spanyol.
Kini, Zara telah memiliki lebih dari 2.000 toko yang tersebar di 96 negara.
Zara juga menjadi penyumbang revenue terbanyak untuk Inditex group yang merupakan flagship storenya.
Laba yang diperoleh Zara pada Q2 2021 mencapai Rp14,3 triliun. Atau naik sebanyak Rp3,6 triliun dibandingkan periode Q2 2020.
Hebatnya, dalam memperoleh pencapaian tersebut, Zara sangat efektif dalam meminimalkan pengeluaran untuk anggaran iklan.
Diketahui bahwa Zara hanya menghabiskan 0,3% dari penjualan untuk biaya periklanan.
Strategi Zara Mencapai Kesuksesan Penjualan
Tentu saja, ada berbagai strategi jitu yang perusahaan terapkan untuk memaksimalkan pendapatan meskipun tanpa beriklan.
Dua strategi yang dikedepankan adalah dengan menciptakan produk limited edition dan selalu melibatkan pelanggan.
Selengkapnya inilah strategi marketing brilian yang diterapkan Zara:
1. Menciptakan Produk Terbatas (limited edition)
Semakin sedikit persediannya, maka semakin tinggi pula hasrat setiap orang untuk memilikinya. Terlebih dalam dunia fashion, kesan eksklusif merupakan daya tarik utama.
Alih-alih memproduksi satu desain dengan kuantitas yang banyak, Zara lebih memilih untuk melakukan hal sebaliknya.
Zara mampu menciptakan 12 ribu desain dengan jumlah terbatas dalam satu tahun.
Tak hanya itu, brand ternama ini juga hanya memajang koleksi terbaru mereka selama 1-2 minggu. Cara ini efektif untuk membuat para pelanggan terus berkunjung ke toko karena takut kehabisan stok.
Inilah yang menjadi kunci dalam strategi pemasaran perusahaan.
2. Fokus pada Pelanggan dengan Co-Creation
Co-creation merupakan strategi kolaborasi yang melibatkan pelanggan dalam menciptakan sebuah produk. Ada kisah unik yang membuktikan bahwa pelanggan adalah bagian terpenting dari perusahaan.
Tepatnya pada tahun 2015, ada seorang wanita bernama Miko yang berkunjung ke salah satu toko Zara di Tokyo.
Dia menanyakan tentang syal merah muda, namun sayangnya tidak tersedia di toko tersebut.
Ternyata, hal serupa juga terjadi hampir bersamaan dengan Michelle di Toronto, Elaine di San Fransisco, dan Giselle di Frankfurt. Mereka juga menanyakan tentang ketersediaan produk yang sama.
Tidak butuh waktu lama, Zara langsung mengeluarkan produk terbaru mereka berupa syal merah muda. Produk ini tersedia sebanyak 500.000 buah yang dipasarkan secara global.
Hasilnya sungguh menakjubkan, seluruh produk habis hanya dalam kurun waktu 3 hari saja.
Pelajaran Berharga dari Strategi Marketing Zara
Strategi Zara dalam menciptakan produk yang terbatas serta menjadikan pelanggan sebagai prioritas, mampu menghadirkan loyalitas.
Tentu saja, dengan loyalitas pelanggan, maka tak hanya citra brand tersebut saja yang semakin meyakinkan.
Namun, juga akan berdampak nyata pada pendapatan dan keuntungan perusahaan.