Mengelola Kas Dalam Industri Perhotelan
Daftar Isi
Dibandingkan dengan industri manufaktur, industri perhotelan memiliki aktiva lancar yang cukup besar dalam hal piutang namun kecil pada rekening persediaan. Dalam industri manufaktur persediaan umumnya sangat besar dibandingkan dengan persediaan di hotel. Hal tersebut dikarenakan persediaan yang disimpan tidak hanya dalam bentuk bahan baku, namun juga barang setengah jadi dan barang jadi. Sedangkan dalam industri perhotelan dan restoran, persediaan cukup kecil karena tidak ada barang atau produk jadi yang disimpan. Sebagian besar transaksi di hotel dan restoran dilakukan secara kas dan kredit jangka pendek.
Mengelola Kas Perhotelan
Dalam mengelola kas, perlu diingat bahwa kas merupakan aktiva yang paling siap digunakan untuk keperluan usaha dimana hotel harus menghitung kas yang dimiliki untuk kebutuhan membayar gaji karyawan, belanja bahan makanan dan minuman, atau perlengkapan kamar. Besarnya penerimaan dan pengeluaran akan mempengaruhi jumlah kas yang digunakan oleh perusahaan.
Penerimaan dan Pengeluaran Dalam Mengelola Kas
Dalam kegiatan mengelola kas, penerimaan dan pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Penerimaan kas rutin yang dihasilkan dari penjualan tunai atau penerimaan piutang. Misalnya: membayar tagihan listrik, air, telpon, gaji dll
b.Penerimaan tidak rutin yang didapat dari penjualan aktiva tetap dan penarikan hutang.
Penerimaan dan pengeluaran kas dipengaruhi oleh penjualan, penagihan piutang, dan penerimaan non operasional. Sedangkan pengeluaran kas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengeluaran biaya produksi, biaya administrasi, pembayaran hutang dan pembayaran kembali saham. Hal-hal tersebut juga dapat dipengaruhi dengan rencana keuangan manajemen seperti penurunan harga jual, penambahan biaya marketing, atau kenaikan gaji.
Jalannya operasional perusahaan sangat dipengaruhi dengan jumlah kas yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan jumlah kas yang besar memiliki tingkat likuiditas perusahaanyang juga tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kemungkinan resiko perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban hutangnya sangat kecil.
Namun demikian bukan berarti perusahaan harus terus memiliki kas dalam jumlah yang besar. Jumlah kas yang disimpan terlalu besar akan mengakibatkan banyak sumber modal kerja stagnan sehingga mengurangi produktivitas dan profitabilitas. Yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola kas adalah dengan menjaga saldo kas dalam jumlah yang mencukupi untuk kebutuhan operasional. Jika perusahaan hanya mengejar profit semata, maka akan menggunakan uang dalam jumlah yang besar untuk berinvestasi. Ini dapat mengakibatkan kesulitan membayar hutang yang jatuh tempo.
Belum ada standar baku yang menentukan berapa jumlah kas yang harus disimpan perusahaan, mengingat setiap perusahaan memiliki jenis dan kebutuhan operasional yang berbeda. Beberapa ahli menyarankan sebaiknya jumlah kas tidak lebih dari 10% dari aktiva lancar.