Di era digital seperti sekarang ini, siapa yang tidak mengenal aplikasi Canva?
Atau mungkin Anda termasuk salah satu penggunanya? Hal yang sangat wajar jika Canva menjadi aplikasi yang begitu populer.
Pasalnya, Canva merupakan aplikasi desain yang sangat mudah digunakan, terutama untuk pemula yang tidak memiliki latar belakang desain grafis.
Namun, tahukah Anda bahwa sebelum mencapai kesuksesan, ternyata Melanie Perkins yang merupakan pendiri Canva pernah ditolak oleh lebih dari 100 investor?
Bagaimana bisa hal itu terjadi? Untuk menjawabnya, mari simak kisahnya berikut ini.
Sejarah Canva
Daftar Isi
Aplikasi Canva adalah alat bantu desain yang diluncurkan pertama kali pada tahun 2013 dan menjadi salah satu platform desain yang paling populer di dunia.
Terbukti dengan jumlah pengguna aktif setiap bulan yang mencapai lebih dari 60 juta dan 7 miliar karya desain yang telah tercipta.
Selain itu, Canva juga telah hadir di 190 negara dengan lebih dari 100 bahasa yang tersedia. Canva menyediakan banyak template, foto, dan icons yang mudah digunakan.
Untuk mengakses aplikasi ini, bisa menggunakan website maupun mengunduhnya di apps store.
Canva juga menyediakan akses gratis dan juga berbayar berupa Canva Pro.
Canva versi premium ini memungkinkan penggunanya untuk mengakses seluruh media dan fitur yang lebih lengkap dan tanpa batas.
Aplikasi ini mengusung misi yang mulia yaitu memberdayakan dunia untuk mendesain.
Hal ini tidak terlepas dari permasalahan bahwa banyak orang yang kesulitan mendesain. Dikarenakan kerumitan dalam mengoperasikan alat bantu desain seperti Adobe dan Photoshop.
Selain fitur-fitur yang cukup kompleks, kedua alat desain tersebut juga mematok biaya yang tidak murah.
Maka dari itu, Melanie Perkins mencari solusi dengan menciptakan platform yang memudahkan semua orang di dunia yang ingin mendesain apa pun yang mereka inginkan.
Perjalanan Karir Pendiri Canva Melanie Perkins
Selain Steve Jobs dan Bill Gates, CEO Canva yaitu Melanie Perkins adalah sosok inspiratif yang pantas untuk dikagumi dan diteladani.
Melanie Perkins merupakan putri dari seorang insinyur Malaysia keturunan Filipina-Sri Langka dengan ibu kelahiran Australia yang berprofesi sebagai seorang guru.
Perempuan hebat di balik kesuksesan Canv ini memutuskan untuk menekuni jurusan Komunikasi, Psikologi, dan Perdagangan di University of Wetern Australia.
Di sinilah ide menciptakan alat bantu desain ini tercetus.
Bersama dengan Cliff Obrecht, Melanie Perkins yang masih berusia 19 tahun mampu menciptakan Fusion Books yang merupakan platform desain buku tahunan sekolah.
Perkembangan dan pertumbuhan Fussion Books pun sangat pesat di Australia bahkan mampu menjangkau pasar sampai ke Perancis.
Hingga akhirnya, Melanie Perkins dan Cliff Obrecht membangun aplikasi Canva pada tahun 2012.
Dan kisah perjalanan Canva pun dimulai.
Tentu saja, untuk membangun sebuah industri teknologi seperti ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
Namun sayangnya, dengan tinggal di Australia membuat Melanie kesulitan untuk menemukan investor.
Melanie memutuskan untuk menuju San Franisisco dengan tujuan mencari pendanaan demi mewujudkan Canva pada saat itu.
Namun sayangnya, pengajuan proposal pendanaan tersebut ditolak oleh lebih dari 100 investor.
Berkat perjuangan dan tekad yang kuat, Melanie akhirnya menemukan peluang saat investor ternama Bill Tai berkunjung ke Perth untuk memberikan penilaian pada kompetisi startup di sana.
Namun, Bill Tai tidak menerima pengajuan pendanaan.
Meskipun demikian, melalui dialah Melanie dan Cliff Obrecht sering menghadiri berbagai undangan dan dapat bertemu dengan mantan eksekutif Google, yaitu Cameron Adams.
Canva akhirnya berhasil mengumpulkan dana sebanyak $3,6 juta dari investor top di Australia.
Bahkan mampu menarik perhatian dua bintang Hollywood, yaitu Woody Harrelson dan Owen Wilson untuk turut serta berinvestasi.
Secara resmi, setelah Canva diluncurkan kemudian menunjuk:
- Melanie Perkins untuk menjadi CEO
- Cliff Obrect sebagai COO
- Cameron Adams menempati posisi CPO
Timeline Kisah Perjalanan Sukses Canva dan Melanie Perkins
Adapun timeline perjalanan Canva secara garis besar adalah:
- 16 Juni 2012: Melanie Perkins, Cliff Obrecht, dan Cameron Adams meluncurkan Canva di Australia.
- 3 Maret 2013: Canva mengumpulkan pendanaan putaran awal $3,6 juta dari investor top Australia dan AS, termasuk Matrix Partners, InterWest Partners, dan 500 Startup.
- 1 Jan 2014: Canva mencapai 150.000 pengguna
- 1 April 2014: Guy Kawasaki, mantan Chief Evangelist Apple bergabung dengan Canva sebagai chief evangelist.
- 22 Juli 2014: Canva meluncurkan tombol ‘Desain’, plug-in baru yang sederhana untuk situs web pihak ketiga yang memungkinkan penggunanya membuat grafik sendiri.
- 6 Nov 2014: Canva memperkenalkan Canva Design School, platform baru, workshop series, dan pusat sumber daya guru yang dirancang untuk meningkatkan literasi visual di dunia.
- 10 Agustus 2015: Canva Pro diluncurkan ke 4 juta pengguna.
- 9 Jan 2018: Canva menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan dengan nilai operasinya sebesar $1 miliar. Mengumpulkan $40 juta dari investor.
- Mei 2019: Mengakuisisi Pexels dan Pixabay, dan menyelesaikan putaran pendanaan baru senilai $70 juta, dengan valuasi perusahaan pada angka $2,5 miliar.
Akhir tahun 2019, Melanie juga menyatakan bahwa Canva berpartisipasi pada gerakan 1%, yaitu menyumbangkan satu persen dari laba, ekuitas, dan sumber daya agar dunia menjadi lebih baik.
Selain itu, Canva juga meluncurkan Canva for Education yang menyediakan Canva Pro untuk guru dan pelajar di dunia.
Kini, Canva telah mencapai valuasi sebesar $40 miliar yang menjadikan perusahaan ini sebagai Unicorn.
Masing-masing kepemilikan saham untuk Melanie dan Cliff sekitar 18%, yaitu bernilai $7,2 miliar.
Sedangkan saham milik Adams yaitu 9% atau senilai $3,6 miliar.
3 Pelajaran Penting dari Canva dan Melanie Perkins
Kisah yang menginspirasi dari perjalanan Melanie Perkins membangun Canva, tentu mengandung banyak pelajaran hidup.
Beberapa pelajaran yang bisa dipetik yaitu:
1. Menciptakan produk yang merupakan solusi dari permasalahan banyak orang
Ketika mengajar semasa mengenyam bangku pendidikan, Melanie Perkins menyadari adanya masalah dalam membuat desain.
Hal ini karena alat bantu yang ada terlalu mahal dan rumit.
Maka dari itu, ide pertama yang muncul di pikiran Melanie adalah bagaimana cara membuat desain sesederhana dan semudah mungkin.
2. Melanie Perkins memiliki sifat gigih dan memiliki tekad yang kuat
Melanie mengalami kegagalan dan penolakan tak hanya sekali, tapi lebih dari 100 kali.
Namun hal tersebut tak mematahkan semangat perjuangan Melanie untuk membangun dan mengembangkan aplikasi Canva.
Berkat semangat dan tekad yang kuat, akhirnya Canva dapat berdiri dan sukses seperti sekarang ini.
3. Melani Perkins memiliki modal utama “Berani Memulai”
Melanie Perkins pernah mengatakan bahwa jika dia mendengarkan berbagai keraguan yang dilontarkan oleh orang-orang, mengetahui statistik berapa banyak perusahaan startup yang gagal pada saat merintis, maka dia tak akan pernah memulai.
Maka dari itu, berani untuk mencoba dan memulai adalah langkah awal menuju kesuksesan. Karena siapa pun tidak akan tahu akan berhasil atau tidak jika belum mencobanya.
Kesimpulan
Canva adalah aplikasi yang membantu banyak orang untuk mendesain dengan mudah meskipun bukan seorang desainer.
Canva mengusung misi memberdayakan dunia untuk mendesain.
Aplikasi yang menjadi alat bantu desain ini telah memiliki lebih dari 60 juta pengguna aktif setiap bulan dengan hasil karya yang telah tercipta sebanyak 7 miliar.
Kisah awal perjalanan Melanie Parkins dalam membangun aplikasi Canva dimulai ketika mengajar desain grafis saat masih kuliah.
Melanie menyadari bahwa banyak pelajar yang kesulitan menggunakan Adobe dan Photoshop.
Selain fitur yang terkesan rumit, harga yang dipatok pun tidak terbilang murah.
Maka munculah ide untuk membuat sebuah platform yang memudahkan orang untuk mendesain.
Di awali dengan mendirikan Fussion Books bersama Cliff Obrect pada 2007, hingga akhirnya secara resmi meluncurkan aplikasi Canva pada tahun 2013 seiring bergabungnya Camerons Adams.
Meskipun sempat ditolak oleh lebih dari 100 investor, namun Melanie dan seluruh tim tidak menyerah.
Kini, valuasi perusahaan mencapai $40 miliar dan mengantarkan Canva menjadi salah satu perusahaan Unicorn terkemuka di dunia.