M2M

Penggunaan smartphone dan gadget pintar lain sebagai penunjang kegiatan sehari-hari saat ini ternyata melahirkan beragam inovasi-inovasi yang mendukung manusia. Saat ini, seseorang bisa mengetahui dan melakukan banyak hal dari dan di berbagai tempat meskipun ia berada di tempat yang lain. Hal ini dikarenakan ia dapat menggunakan dan mengoptimalkan integrasi gadget yang ia gunakan dengan gadget lain di berbagai tempat untuk berbagai keperluan terutama untuk kepentingan bisnis. Integrasi antar gadget ini sering disebut juga dengan integrasi Machine to Machine (M2M).

Machine to machine (M2M) mengacu pada teknologi yang memungkinkan sistem nirkabel dan kabel untuk berkomunikasi dengan perangkat yang sejenis lainnya. Istilah ini memiliki arti yang luas karena tidak mendefinisikan jaringan kabel atau nirkabel tertentu, maupun teknologi informasi dan komunikasi secara khusus. Istilah M2M lazim disosialisasikan di kalangan eksekutif bisnis.

Saat ini, M2M menjadi ladang bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia. Indonesia memiliki pertumbuhan ekosistem pengguna perangkat elektronik dan komunikasi yang cepat, terutama untuk perangkat mobile, yaitu sebesar 40%-50% tiap tahunnya. Yang lebih mengejutkannya lagi, peningkatan pangsa pasar M2M lebih didominasi di sektor korporasi dan pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan saat ini pasar M2M yang cukup berkembang di Indonesia ialah di sektor jasa keuangan, transportasi, smart energy, serta pengamanan dan pengawasan. Selain itu, Saat ini juga mulai bertumbuh pengembangan solusi berbasis M2M untuk industri minyak dan gas, enterprise mobility, logistik, otomatisasi peralatan pabrik, hingga berbagai perangkat elektronik untuk konsumen berbasis smart-things. Hal ini membuat, pasar M2M semakin menjanjikan di Indonesia.

Kebijakan Smart City: Stimulus Pemerintah untuk Bisnis M2M

Akhir-akhir ini, sering kita dengar dan baca di berita tentang konsep smart city dan green city yang dicanangkan di beberapa kota di Indonesia. Hal ini tentunya akan semakin membuat potensi pasar M2M Indonesia semakin besar. Dicanangkannya konsep smart city dan green city akan menstimulus banyak technopreneur untuk membuat aplikasi-aplikasi yang menunjang untuk kebijakan tersebut. Salah satu contoh aplikasi yang cukup mendukung konsep smart city adalah aplikasi pemesanan jasa angkutan seperti Go-Jek, Grab Bike dan Grab Taxi (Masih ada aplikasi Uber, namun legalitas perusahaan ini di Indonesia masih menjadi masalah). Tidak hanya dari technopreneur. Dinas-dinas terkait dengan kebijakan smart city pun akan berlomba membangun sistem dan membuat aplikasi yang menunjang kebijakan ini. Bukan tidak mungkin, kedepannya akan ada banyak tender pembuatan aplikasi penunjang smart city dari pemerintah. Dengan demikian, bisnis M2M ini akan semakin berkembang dan tidak kehilangan potensi pasarnya.

Dari uraian di atas, secara sekilas kita dapat melihat begitu besarnya potensi pasar M2M di Indonesia. Potensi ini harusnya menjadi pemicu banyak teknopreneur-teknopreneur Indonesia membuat aplikasi yang dapat menjadi solusi untuk menunjang kebutuhan sehari-hari tidak hanya untuk kalangan pebisnis tetapi juga pemerintahan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan perusahaan dalam hal pengawasan kegiatan bisnisnya di beberapa tempat dan meningkatnya permintaan pembuatan aplikasi smart city dari pemerintah. Oleh karena itu, semakin ke depan maka pasar M2M Indonesia akan semakin menggiurkan.