Dalam menentukan sebuah harga produk, Anda perlu mengetahui apa itu COGS.

Istilah ini sebenarnya memiliki padanan dalam bahasa akuntansi versi Indonesianya. Untuk Anda yang sudah kenyang dengan akuntansi sudah pasti tahu apa maksudnya.

Nah, lantas apa pengertian COGS dan detailnya? Ini dia penjelasannya.

Pengertian COGS

COGS atau Cost of Goods Sold disebut juga dengan istilah HPP atau Harga Pokok Penjualan. Jadi, COGS adalah semua biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual.

Dengan bahasa sederhana, COGS atau Harga Pokok Penjualan yang biasa disingkat HPP merupakan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi barang dan jasa yang dapat dihubungkan secara langsung dengan aktivitas proses yang membuat produk barang dan jasa siap jual.

Perbedaan COGS dan COGM

Selain istilah COGS, terdapat pula istilah COGM (Cost of Goods Manufactured). Lantas apa bedanya antara keduanya.

COGM dalam versi akuntansi Indonesia artinya adalah Harga Pokok Produksi. Istilah ini juga biasanya disingkat dengan HPP.

Nah, bikin bingung kan?

Jadi, kalau hanya menyebutkan HPP saja, maka harus dipertegas lagi maksudnya apa.

Oleh karena itu, untuk bisa membedakan antara keduanya, COGS dan COGM, berikut penjelasannya.

Cost of Goods Sold (COGS)

Dikenal dengan istilah lain Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah total biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan barang atau jasa yang hendak dijual ke konsumen.

Cost of Goods Manufactured (COGM)

Dikenal dengan istilah lain Harga Pokok Produksi. Istilah ini biasanya diterapkan pada skala perusahaan pabrik atau manufaktur. Fungsinya untuk mengetahui berapa biaya produksi berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi barang.

Komponen COGS

Berikut ini adalah 3 elemen besar dari struktur dasar dalam COGS, yaitu:

1. Persediaan atau Inventory

Adalah persediaan barang didapat dari sisa persediaan barang pada periode yang lalu.

Dalam istilah akuntansi disebut saldo persediaan awal (opening balance) yang ditambahkan dengan pembelian barang dagang pada periode berjalan, kemudian dikurangi saldo akhir (sisa persediaan).

Barulah diketahui inventory cost yang dibebankan pada COGS.

Untuk mengetahui besaran nilai jumlah persediaan yang telah terjual, maka beberapa unsur di bawah ini perlu diketahui lebih dulu:

  • Persediaan Awal
  • Pembelian (dalam usaha dagang)
  • Harga Pokok Produksi (dalam perusahaan manufakture)
  • Persediaan Akhir
  • Persediaan yang digunakan atau disebut juga Barang Tersedia untuk Dijual

2. Overhead

Overhead berikut ini biasanya muncul dalam perusahaan dagang seperti packing, gudang, atau freight out.

Akumulasi dari elemen biaya tersebut adalah COGS dari perusahaan dagang.

Biaya Overhead adalah biaya yang muncul selain dari elemen elemen yang telah disebut di atas, biasanya diistilahkan dengan indirect cost.

Jenisnya sangat bervariasi tergantung dari skala usaha, jenis usaha serta jenis sumber daya yang digunakan oleh perusahaan.

Dan jenis biaya yang paling sering ditemui dalam usaha manufaktur ataupun usaha dagang ialah:

  • Biaya Sewa atau rental cost Depresiasi Mesin dan Peralatan
  • Penyusutan Gedung Pabrik
  • Biaya Listrik dan Air pabrik atau Factory’s Utilities
  • Biaya Pemeliharaan Pabrik dan mesin (Maintenance)
  • Biaya Pengemasan (Packaging)
  • Gudang
  • Sampel produksi (Preproduction sampling)
  • Biaya atau Ongkos kirim Kontainer (Continer)

3. Transaksi Inventory Cost

Setiap proses akuntansi yang terkait dengan neraca diawali dengan Saldo Awal (opening balance), kemudian transaksi debit-kredit, yang pada akhirnya membentuk neraca berupa saldo akhir.

Seperti halnya inventori, yang merupakan bagian dari neraca alurnya juga diawali dengan saldo awal inventory, yang kemudian jika ada aktivitas pembelian barang, maka akan menambah saldo.

Jika terdapat transaksi penjualan barang, maka saldo persediaan akan berkurang dan inventory cost akan diakui dengan menjurnal.

HPP atau COGS merupakan biaya yang akan menjadi salah satu faktor pengurang laba, di mana laba adalah elemen neraca.

Persediaan yang berkurang pada aktiva diseimbangkan oleh laba pada pasiva yang juga berkurang sehingga laporan selalu dalam keadaan balance.

Penjualan adalah pendapatan yang merupakan salah satu faktor yang menambahkan Laba.

Laba merupakan elemen dari Neraca. Kas atau piutang yang berkurang di dalam aktiva akan diseimbangkan oleh laba pada sisi pasiva yang bertambah.

Rumus Perhitungan COGS

Rumus untuk menghitung HPP perusahaan dagang, yaitu:

  • HPP = Persediaan barang awal – persediaan barang akhir

Namun, bagi perusahaan manufaktur untuk mendapatkan angka yang akurat dari HPP atau COGS harus melalui tahapan perhitungan yang benar dan tepat.

Adapun tahapan perhitungan HPP atau COGS adalah:

Tahap 1: Menghitung Bahan Baku Yang Digunakan

Rumus untuk menghitung bahan baku yang digunakan adalah:

  • Bahan Baku Yang Digunakan = Saldo awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan Baku

Tahap 2: Menghitung Biaya Produksi

Rumus untuk menghitung biaya produksi adalah:

  • Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead produksi

Tahap 3: Menghitung Harga Pokok Produksi

Rumus untuk menghitung Harga Pokok Produksi adalah:

  • Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + saldo awal persediaan barang dalam proses produksi – saldo akhir persediaan barang dalam proses produksi

Tahap 4: Menghitung HPP

Rumus Menghitung HPP adalah:

  • HPP = Harga pokok produksi + Persediaan barang awal – persediaan barang akhir

Agar lebih mudah dalam melakukan perhitungan COGS atau HPP, maka Anda dapat memanfaatkan software akuntansi untuk melakukan perhitungan tersebut.

Cara Menghitung COGS

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai cara melakukan perhitungan HPP:

1. Lakukan Perhitungan Bahan Baku

Gunakan rumus:

  • Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan Baku

2. Lakukan Perhitungan Biaya Produksi

Biaya lain yang mendukung berjalannya produksi adalah upah karyawan dan pengeluaran lain seperti biaya bahan tak terduga yang tidak teridentifikasi.

3. Lakukan Perhitungan Total Biaya Produksi

Gunakan rumus:

  • Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Overhead Produksi

4. Lakukan Perhitungan COGS

Gunakan rumus:

  • Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Akhir Persediaan

Contoh Perhitungan COGS

Berikut contoh perhitungan COGS menggunakan satu soal yang sama namun dengan metode perhitungan berbeda.

Memang, ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghitung COGS yakni dengan metode FIFO, LIFO, dan Weighted Average.

Contoh ini melengkapi rumus COGS yang telah dijelaskan sebelumnya.

Contoh Kasus

Sebuah perusahaan memproduksi 10 unit barang edisi terbatas. 9 unit pertama dihargai Rp200.000 untuk diproduksi.

Ada kenaikan harga material yang membuat satu unit produk memakan biaya produksi Rp220.000. Periode selanjutnya perusahaan berhasil menjual 9 unit barang.

Cara Perhitungannya

Terlebih dahulu tentukan berapa besarnya dari ketiga hal ini, yaitu:

1. Perhitungan COGS dengan FIFO

  • COGS 9 unit barang pertama adalah Rp200.000 x 9 = Rp1.800.000

2. Perhitungan COGS dengan LIFO

  • 9 unit barang yaitu (Rp220.000 x 1) + (Rp200.000 x 8) = Rp1.820.000

3. Perhitungan COGS dengan Weighted Average

Pertama, cari harga per unit barang yang tersedia untuk dijual. Rumusnya, harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dibagi jumlah unit tersedia untuk dijual.

  • Harga pokok per unit = Rp200.000 + Rp200.000 + Rp200.000 + Rp200.000 + Rp200.000 + Rp200.000 + Rp200.000 + Rp 200.000 + Rp 220.000) / 9
  • Harga pokok per unit  = Rp202.200

Kemudian, cari COGS dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang, yaitu:

  • HPP rata-rata tertimbang = Harga pokok per unit x unit yang tersedia untuk dijual
  • HPP rata-rata tertimbang = Rp202.200 x 9 unit = Rp1.819.800

Kesimpulan

Setiap bisnis disarankan untuk melakukan perhitungan COGS atau HPP agar mengerti dan paham berapa harga yang harus dikeluarkan untuk menciptakan produk sesuai dengan permintaan konsumen.

Nantinya, COGS akan digunakan dalam pencatatan laporan laba rugi, sehingga nantinya perusahaan dapat mengalanisa dan menjadikan perhitungan itu sebagai dasar mengambil strategi dan keputusan.