Growth Hacking

Sudah Pernah Mendengar Growth Hacking?

 

Jika Anda pernah mendengar perusahaan-perusahaan besar di era digital yang tumbuh dengan pesat seperti Dropbox, Linkedin, AirBnB, Facebook dan Twitter, mereka adalah perusahaan-perusahaan yang menerapkan Growth Hacking. Kesuksesan perusahaan – perusahaan tersebut dibangun dalam waktu kurang dari 10 tahun dimana orang-orang yang melakukan ini menggeser marketing tradisional menjadi sekumpulan strategi yang lebih ke arah teknis engineering dan product development. Strategi inilah yang membuat perusahaan-perusahaan tersebut bisa sukses besar-besaran.

Apa sih Growth Hacking itu?

Growth Hacking merupakan teknik marketing yang dikembangkan startup melalui kreativitas, analisa dan data sosial media untuk menjual produk atau jasa dan mendapatkan perhatian/sorotan. Growth Hacking menggabungkan antara ilmu sosial marketing dan kemampuan teknis, dimana seorang Growth Hacker (pelaku Growth Hacking) menggunakan berbagai teknik seperti SEO (Search Engine Optimization), analisa website, konten marketing dan A/B testing.

Apa manfaat Growth Hacking?

Growth Hacker sangat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan yang berada di tingkat awal dan memiliki anggaran yang terbatas. Mereka memiliki kemampuan menemukan berbagai alternatif selain pemasaran tradisional yang membutuhkan anggaran yang besar seperti beriklan di media cetak atau televisi. Melalui Growth Hacking maka sebuah perusahaan dapat meningkatkan followers/fans di jejaring sosial, meningkatkan jumlah unduhan mobile applicatin, atau meningkatkan jumlah visitor di sebuah web.

Apa saja tahapan dalam Growth Hacking?

Terdapat 5 tahapan yang saling berkaitan dalam Growth Hacking, yaitu:

1. Akuisisi : dimana user pertama kali mengunjungi website karena mendapatkan informasi dari media, blog, atau channel lain

2. Aktivasi : jika pengunjung menyukai websita Anda dan merasa mendapatkan banyak manfaat dari website tersebut, maka membuat akun sehingga dapat berlanggangan newsletter atau mendapatkan update info dari Anda.

3. Retensi : user mengunjungi kembali website Anda setelah mendapatkan notifikasi melalui email dan kemudian aktif melihat produk atau fitur website.

4. Referral: user yang merasakan manfaat dari website atau produk Anda akan mereferensikannya kepada rekan atau keluarganya.

5. Revenue: adalah tahapan dimana Anda akan mendapatkan profit dari iklan, email berlangganan, dan business development.

Bagaimana menerapkan Growth Hacking?

Pada dasarnya growth hacking bisa diterapkan pada jenis bisnis atau produk apapun. Untuk menerapkan dalam sebuah bisnis, yang harus diperhatikan adalah:

1. Product Market Fit
Salah satu prinsip yang diterapkan dalam growth hacking adalah fokus memahami pengguna dan mengetahui bagaimana mereka menemukan dan menggunakan produk Anda, sehingga Anda bisa membuat fitur yang akan mendukung Anda untuk mendapatkan dan mempertahankan lebih banyak pengguna. Karena itu growth hacker harus bisa meraih product market fit, yaitu produk yang diciptakan dengan maksimal guna memenuhi kebutuhan target market. Melakukan survei, tes, dan berbagai perbaikan akan membantu Anda untuk membuat produk yang lebih optimal.

2. Menemukan growth hack
Setelah dilakukan pengujian produk dan dikembangkan untuk target yang spesifik langkah selanjutnya adalah melakukan hacking pada growth yang dapat dilakukan melalui A/B test, landing page, viral factor, email dan open graph. Hacking adalah memanfaatkan celah dan peluang yang tidak dilihat banyak orang, menemukan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan tujuan untuk memanfaatkan kekuatan dari produk Anda.

3. Viral
Setelah Anda berhasil menarik pengguna pertama Anda, maka pertanyaannya adalah “Bagaimana agar mendapatkan lebih banyak pengguna?”. Pendekatan yang paling scalable adalah dengan membuat pengguna awal Anda untuk melakukannya. Memang tidak semua produk akan menjadi viral seperti video Youtube, tapi kesuksesan akan selalu bergantung dari word of mouth. Tugas seorang growth hacker adalah mengembangkan produk yang ingin digunakan oleh pengguna dan mendorong prosesnya agar bisa terjadi dengan cepat dan berkelanjutan. Misalnya, Dropbox yang menawarkan storage yang lebih besar jika Anda mereferensikan kepada rekan-rekan Anda.

Anda bisa terus melakukan peningkatan atau perbaikan produk hingga tingkat sharing-nya menanjak. Membuat suatu produk dan berharap produk tersebut akan menjadi viral belumlah cukup. Sesuatu yang menjadi viral dan kemudian menyebar ke banyak orang tidak hanya karena hasil menekan tombol ‘like’ atau ‘tweet’ saja.

4. Mempertahankan dan Mengoptimalkan
Growth hacker memiliki dua sisi pendekatan, yaitu mencari cara kreatif dan baru dalam mendapatkan pengguna baru, dan yang kedua adalah memperhatikan data dan metriks secara cermat untuk menentukan langkah dalam pengembangan produk.

Jika pengguna pergi meninggalkan produk Anda, mungkin kesalahannya terletak pada produk Anda. Untuk memperbaiki masalah retensi ini adalah dengan bertanya kepada pengguna Anda untuk mengetahui mengapa mereka tidak lagi menggunakan produk Anda, dan Anda harus dapat segera menemukan cara untk meng-engage mereka.

Tidak hanya mempertahankan user saja yang penting, namun juga mengoptimalkan dan menawarkan produk Anda yang lain kepada user agar terus menggunakan atu membeli produk Anda, dengan meningkatkan value customer jangka panjang. Benyak perusahaan yang melakukan hal ini dengan memanfaatkan email, push notification atau notifikasi Facebook yang akan mendorong pengguna untuk terus menggunakan produk mereka.

Tidak ada yang menyatakan bahwa pemasaran secara tradisional tidak bisa berhasil. Pemasaran tradisional membutuhkan biaya yang tinggi dengan resiko kegagalan yang cukup besar. Sedangkan growth hacking menawarkan metode baru dalam pemasaran dengan memaksimalkan penggunaan waktu, uang, dan sumber daya yang Anda miliki.