MENGENAL DAN MEMAHAMI SOCIAL ENTREPRENEUR
Tantangan global untuk menghadapi berbagai krisis termasuk ekonomi dan kesejahteraan telah menuntut negara-negara di dunia memacu masyarakatnya untuk dapat menjadi entrepreneur/pengusaha. Hal ini dikarenakan suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju bila 2 (dua) persen masyarakatnya adalah pengusaha dengan asumsi 1 (satu) orang pengusaha memberikan pekerjaan bagi 8 (delapan) orang. Teori ini dikembangkan oleh seorang sosiolog David McClelland.
Belum lama ini juga berkembang istilah social entrepeneur dengan pemberdayaan masyarakat sebagai basis tujuan utamanya, bukan lagi tentang benefit yang tinggi. Orang-orang yang tertarik menekuni social entrepreneur adalah orang-orang yang selain memiliki jiwa entrepreneur juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Mereka melihat peluang dalam masalah yang ada di masyarakat dan membentuk model bisnis baru yang bemanfaat untuk menjawab permasalahan tersebut. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi untuk pribadi atau kepuasan pelanggan, tetapi bagaimana gagasannya dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat luas. Hasilnya pun tidak instan langsung terlihat karena membutuhkan waktu dan proses yang lebih lama daripada sekedar bisnis pribadi.
Menjadi social entrepreneur bukanlah hal yang mudah. Bila pada artikel-artikel sebelumnya kita pernah mempelajari tantangan dan hambatan menjadi seorang entrepreneur, maka seorang social entrepreneur pun harus dapat menghadapinya terlebih dahulu sebelum beralih orientasi dari kepentingan pribadi menjadi lebih mengutamakan kepentingan masyarakat. Artinya, ia telah selesai atau sudah dapat mengatasi permasalahan pribadinya sendiri, sehingga dapat menambah beban amanah untuk membantu masyarakat. Ia haruslah orang yang mandiri, kuat, inovatif, sabar, konsisten, memiliki kapabilitas dan jiwa sosial yang tinggi. Salah satu tantangan yang harus dihadapi antara lain adalah masalah pendanaan, cara menggerakkan dan membangun kepercayaan masyarakat. Sosial investor juga memiliki peran penting dalam keberlangsungan social entrepreneur ini, baik dukungan dari pemerintah maupun pihak lainnya.
Pada dasarnya entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru tanpa tujuan sosial hanya akan membuat masyarakat menjadi pencari pekerjaan dan sulit menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara. Namun harus disadari bahwa social entrepreneur bukanlah satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan sosial karena dalam kenyataannya hal ini sangat dipengaruhi oleh kerangka dan struktur perekonomian yang berlaku di suatu negara. Meskipun demikian memang harus ada keberanian untuk mulai membentuk perubahan sehingga setiap individu harus diupayakan untuk dapat menjadi bermanfaat dan membuat perubahan lebih baik dilingkungannya, tidak lagi hanya mementingkan dirinya sendiri.