
Cara Pembukuan Akuntansi Pada Tiap Cabang Usaha
Perusahaan atau usaha yang sedang berkembang akan selalu berupaya untuk meningkatkan volume penjualannya. Terkait dengan hal tersebut maka aspek pemasaran menjadi aspek yang sangat penting mengingat pemasaran merupakan ujung tombak kelangsungan hidup sebuah usaha.
Untuk mencapai tujuan tersebut, memperluas wilayah pemasaran merupakan langkah yang acapkali ditempuh oleh perusahaan untuk mengetahui pasar potensial bagi produk yang ditawarkannya. Dengan mengetahui market share suatu produk maka akan diketahui peluang dari area tersebut maka perusahaan dapat membuka kantor cabang di area tersebut. Kantor cabang yang dibuka di suatu area tidak hanya berfungsi untuk mencari pembeli saja tapi juga dapat melakukan penjualan secara langsung ke konsumen.
Kegiatan usaha baik di kantor pusat maupun cabang tidak bisa dilepaskan dari akuntansi atau pencatatan keuangan. Akuntansi di kantor cabang memiliki sistem yang terpisah dengan kantor pusat, dimana cabang membuat pembukuan akuntansi sendiri. Pembukuan akuntansi ini hanya digunakan untuk keperluan internal kantor pusat dan cabang saja. Sedangkan untuk kepentingan dengan pihak eksternal, kantor pusat akan mempersiapkan laporan konsolidasi,
Pencatatan ini hanya berguna untuk pihak intern kantor pusat maupun kantor cabang. Untuk kepentingan pihak eksternal kantor pusat menyiapkan laporan konsolidasi yaitu laporan keuangan yang berisi kinerja keuangan gabungan dari kantor pusat dan kantor cabang. Investasi yang dikeluarkan oleh kantor pusat untuk kantor cabang mencakup kebutuhan awal kantor cabang, sehingga dapat dikatakan jika kantor pusat bertindak sebagai investor dan kantor cabang sebagai investee. Dengan demikian dibutuhkan rekening yang bersifat resiprokal (timbal balik) antara kantor pusat dan kantor cabang untuk menampung transaksi yang bersifat resiprokal. Rekening kantor cabang adalah hak kantor pusat dan rekening kantor pusat merupakan kewajban kantor cabang. Pada saat membuat laporan konsolidasi, maka rekening resiprokal harus dieliminasi.
Mengirim Barang Dagangan Diatas Harga Pokok
Beberapa perusahaan ada yang menerapkan harga transfer di atas harga pokok, menggunakan mark-up standar atau membuat formula tertentu untuk pengiriman internal ke cabang mereka. Penetapan harga transfer di atas harga pokok ini berdasarkan pada lokasi pendapatan antar unit dalam perusahaan dilakukan dengan wajar, harga persediaan ditetapkan dengan efisien, dan agar margin laba dari masing-masing cabang dapat diketahui secara akurat.
Pada saat kantor pusat mengirim barang kepada cabang dengan harga transfer di atas harga pokok, maka pencatatan akuntansi pada buku kantor pusat harus disesuaikan dengan biaya aktual dari barang yang dikirim.
Misalnya:
Kantor pusat PT. Safira mengirim barang dagangan sejumlah Rp. 100.000.000 ke cabangnya di Lombok dengan mark-up sebesar 20% di atas harga pokok. Maka penjurnalan yang dibuat adalah:
Buku kantor pusat
Cabang Lombok 120.000.000
Pengiriman ke cabang Lombok 100.000.000
Laba belum direalisasi cabang Lombok 20.000.000
Buku kantor Cabang Lombok
Pengiriman dari kantor pusat 120.000.000
Kantor pusat 120.000.000
(untuk mencatat penerimaan persediaan dari kantor pusat)
Ayat jurnal untuk mencatat transfer barang dagangan dengan harga di atas pokok tidak mengubah hubungan resiprokal akun kantor pusat maupun cabang, tetapi mempengaruhi hubungan akun pengiriman kantor pusat dan cabang, karena pada saat pencatatan akun ”pengiriman ke Cabang” dikredit sebesar biaya sedangkan akun ”pengiriman dari kantor pusat” didebit sebesar harga transfer. Perbedaan pada akun ini disebabkan adanya mark-up yang ditunjukkan pada akun laba belum direalisasi cabang.
Misalnya saldo akun di bawah ini muncul pada PT. Safira dan cabang pada tanggal 31 Desember 2015 sebelum penyesuaian.
Buku kantor pusat
Cabang Lombok 200.000.000
Pengiriman ke cabang Lombok 100.000.000
Laba sebelum direalisasi cabang Lombok 20.000.000
Buku kantor Cabang Lombok
Penjualan 160.000.000
Pengiriman dari kantor pusat 120.000.000
Biaya 20.000.000
Kantor Pusat 200.000.000
Apabila Cabang Lombok pada tanggal 31 Desember 2015 mempunyai persediaan pada harga transfer sebesar Rp. 12.000.000, maka laba untuk periode tersebut adalah Rp. 22.000.000 (penjualan Rp. 160.000.000 dikurangi harga pokok penjualan Rp. 108.000.000 dan biaya Rp. 30.000.000. Ayat jurnal penutup pada cabang:
Penjualan 160.000.000
Persediaan 31 Desember 2015 12.000.000
Pengiriman dari kantor pusat 120.000.000
Biaya 30.000.000
Kantor Pusat 22.000.000
(untuk menutup akun nominal dan mentransfer saldo ke akun kantor pusat)
Informasi ini digunakan oleh kantor pusat untuk mencatat laba cabang:
Cabang Lombok 22.000.000
Laba cabang Lombok 22.000.000
(untuk mencatat laba cabang dan mempengaruhi akun cabang)
Kantor pusat juga menyesuaikan akun laba belum direalisasinya untuk mendapatkan Rp. 2.000.000 laba yang belum direalisasi pada persediaan akhir cabang (12.000.000 – (12.000.000/120%)
Laba belum direalisasi cabang Lombok 18.000.000
Laba cabang Lombok 18.000.000
(untuk menyesuaikan akun laba belum direalisasi ( 20.000.000-2000.000) dan laba cabang
Setelah ayat jurnal ini dibukukan, akun laba belum direalisasi akan memiliki saldo Rp. 2.000.000 sama dengan saldo laba yang belum direalisasi pada persediaan cabang Lombok. Akun laba cabang Lombok menunjukkan saldo Rp. 40.000.000. jumlah ini merupakan laba cabang berdasarkan harga pokok.