
Brand Raksasa Yang Kini Telah Turun Tahta
Setiap pelaku usaha yang menjalankan usaha pastinya memiliki tujuan dimana bisnisnya dapat menghasilkan keuntungan dan bisnis dapat bertahan dalam jangka panjang. Namun untuk mencapai tujuan tersebut bukan hal yang mudah. Setiap pelaku usaha harus memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk menghadapi berbagai rintangan, hambatan, dan masalah yang ada serta selalu mengikuti berbagai perkembangan yang ada. Tetapi jika hal yang terjadi adalah sebaliknya, maka hanya tinggal menunggu waktu saja kapan bisnis tersebut akan kolaps.
Sejatinya ambruknya sebuah bisnis tidak hanya disebabkan karena tidak adanya integritas si pelaku usaha. Tapi bisa juga diakibatkan oleh berbagai permasalahan sepele, terlena dengan kejayaan, dan enggan melakukan perubahan. Karena itu pelaku usaha hendaknya berhati-hati dalam menentukan keputusan yang terkait dengan bisnisnya. Terkait dengan hal tersebut, kita dapat memetik pelajaran berharga dari Yahoo, salah satu brand raksasa yang kini kejayaannya sedang diuji.
Ya siapa sih yang tidak kenal Yahoo?. Ikon internet yang sangat populer dan mendunia. Saat ini Yahoo telah diakusisi oleh Verizon dengan harga Rp. 65 T. Padahal nilai Yahoo di tahun 2000 dikisaran Rp. 1300 T. Verizon mengakuisisi Yahoo dengan kesepakatan bisnis internet yang merupakan core business Yahoo dengan lebih dari satu milliar pengguna aktif setiap bulannya akan menjadikan Verizon sebagai perusahaan media telepon genggap yang mendunia. Akibat dari akuisisi ini Yahoo berencana akan menutup kantornya yang ada di Cina. Pada saat ini Yahoo tengah berupaya keras untuk mempertahankan pertumbuhan keuntungannya sambil menghadapi kompetisi dengan search engine lain, seperti Google.
Mungkin banyak yang bertanya, kenapa perusahaan sekelas Yahoo bisa kolaps?. Ambruknya Yahoo diakibatkan over confidence dengan produknya, merasa diatas angin sehingga tidak sigap dalam menghadapi kompetitor baru dan kecil. Sudah menjadi rahasia umum jika perusahaan yang sudah mapan dengan nama besar seringkali under estimate alias meremehkan pendatang baru. Mereka merasa yakin bahwa nama besar mereka tidak akan tergoyahkan. Perusahaan raksasa ini lupa dengan siklus bisnis, dimana setiap bisnis pasti mengalami masa mature dan akan mengalami penurunan atau deciline. Kondisi decline akan semakin memburuk jika perusahaan enggan berubah atau berinovasi. Kita semua tahu jika Yahoo memiliki sumber daya yang besar seperti memiliki cloud dengan kapasitas yang sangat besar, namun tidak bisa membuat inovasi baru.
Contoh lainnya adalah TELKOM yang pada masanya merajai fasilitas telepon rumah. Namun saat ini dimana gadget semakin marak dengan menawarkan fasilitas yang lebih dari sekedar alat bertelepon, telepon rumahpun ditinggalkan. Telepon rumah semakin tenggelam dikepung handphone atau gadget di mana-mana. Penurunan pengguna telepon rumah yang sangat drastis ini menyebabkan menurunnya pemasukan Telkom. Hal ini tentunya diluar prediksi TELKOM.
Salah satu kelemahan yang acapkali terjadi pada perusahana raksasa adalah cepat berpuas diri dan enggan berinovasi. Padahal inovasi merupakan strategi yang sangat krusial dalam kelangsungan usaha. Inovasi merupakan kekuatan dalam menghadapi masa decline. Perusahaan mapan seringkali mengabaikan perlunya diversifikasi bisnis. Hal ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari skill personel yang ada dalam perusahan tersebut, terlebih kepekaan dan kejelian top manajemen dalam menganalisa kompetitor.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kedua contoh diatas adalah, tanpa adanya inovasi maka sebuah perusahaan akan menjadi stagnan, ditinggalkan, dan ambruk. Kejelian dalam menangkap peluang dan tren pasar sangat dibutuhkan terlebih untuk divisi pengembangan produk. Mendorong kreativitas personel dan menghargai ide-ide yang yang diajukan akan memperkaya ide inovasi bisnis.