Apa Itu Break Even Point? Panduan Lengkap dan Rumusnya
Daftar Isi
- 1 Apa Itu Break Even Point? Panduan Lengkap dan Rumusnya
- 1.0.1 Pengertian Break Even Point (BEP)
- 1.0.2 Mengapa Break Even Point Itu Penting untuk Bisnis?
- 1.0.3 Rumus Break Even Point
- 1.0.4 BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
- 1.0.5 1. BEP dalam Unit (Jumlah Produk yang Harus Dijual)
- 1.0.6 2. BEP dalam Pendapatan (Total Penjualan yang Diperlukan)
- 1.0.7 Cara Menghitung Break Even Point Secara Praktis
- 1.0.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Break Even Point
- 1.0.9 1. Harga Jual dan Biaya Variabel
- 1.0.10 2. Biaya Tetap
- 1.0.11 3. Skala Produksi
- 1.0.12 Peran Break Even Point dalam Perencanaan Keuangan
- 1.0.13 BEP dalam Penyusunan Anggaran
- 1.0.14 BEP dalam Proyeksi Keuangan
- 1.0.15 Keterbatasan dan Keuntungan Menggunakan Break Even Point
- 1.0.16 Kelebihan Menggunakan Break Even Point
- 1.0.17 Keterbatasan Menggunakan Break Even Point
- 1.0.18 Strategi untuk Menurunkan Break Even Point
- 1.0.19 1. Mengurangi Biaya Tetap dan Variabel
- 1.0.20 2. Meningkatkan Harga Jual atau Volume Penjualan
Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah titik di mana total pendapatan suatu perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Artinya, pada titik ini, perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi, tetapi mencapai kondisi impas (break even). Menghitung BEP sangat penting bagi pemilik bisnis untuk mengetahui berapa banyak produk yang harus dijual atau berapa besar pendapatan yang perlu dicapai untuk menutup semua biaya yang timbul.
BEP tidak hanya berlaku untuk perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur, tetapi juga relevan untuk berbagai jenis usaha, baik itu jasa, ritel, maupun teknologi. Pentingnya BEP terletak pada kemampuannya untuk memberikan wawasan tentang keseluruhan kestabilan finansial dan membantu manajemen dalam merencanakan strategi harga, volume penjualan, dan pengendalian biaya.
Mengapa Break Even Point Itu Penting untuk Bisnis?
Break Even Point bukan sekadar angka yang dihitung untuk kepentingan laporan keuangan, namun lebih dari itu, BEP berfungsi sebagai alat perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan yang krusial dalam sebuah perusahaan. Berikut adalah alasan mengapa BEP sangat penting:
- Menentukan Titik Laba dan Rugi: BEP membantu Anda mengetahui titik di mana bisnis Anda mulai menghasilkan laba. Dengan mengetahui titik impas, Anda bisa lebih mudah merencanakan proyeksi keuntungan dan kerugian di masa depan.
- Penyusunan Strategi Penetapan Harga: Memahami BEP memungkinkan perusahaan menentukan harga jual yang dapat menutupi biaya tetap dan variabel tanpa mengorbankan laba.
- Optimalisasi Biaya Operasional: BEP menunjukkan sejauh mana biaya tetap dan variabel dapat ditanggung oleh bisnis, membantu perusahaan untuk mengurangi pemborosan.
Rumus Break Even Point
Rumus Break Even Point (BEP) yang paling umum digunakan adalah:
BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
- Biaya Tetap (Fixed Costs): Biaya yang tetap dan tidak berubah seiring dengan jumlah produk yang diproduksi atau dijual, seperti sewa gedung, gaji karyawan tetap, dan asuransi.
- Biaya Variabel (Variable Costs): Biaya yang berubah seiring dengan jumlah produk yang diproduksi, seperti bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pengemasan.
- Harga Jual per Unit (Selling Price per Unit): Harga yang diterima perusahaan setiap kali produk atau jasa terjual.
Jenis-Jenis Break Even Point dapat dilihat dari dua perspektif utama, yaitu BEP dalam Unit dan BEP dalam Pendapatan. Keduanya memberikan wawasan yang berbeda mengenai seberapa besar pencapaian yang diperlukan untuk menutupi biaya dan mencapai titik impas.
1. BEP dalam Unit (Jumlah Produk yang Harus Dijual)
Dalam jenis perhitungan ini, BEP dalam unit mengukur berapa banyak unit produk yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi juga tidak mendapatkan keuntungan. Perhitungan ini sangat berguna bagi perusahaan manufaktur atau bisnis yang menjual produk fisik. Dengan mengetahui BEP dalam unit, perusahaan bisa menentukan target penjualan yang realistis agar biaya tetap dan variabel dapat tertutupi. Misalnya, jika BEP dalam unit dihitung sebesar 1.000 unit, itu berarti perusahaan perlu menjual minimal 1.000 produk untuk mencapai titik impas.
2. BEP dalam Pendapatan (Total Penjualan yang Diperlukan)
BEP dalam bentuk pendapatan mengukur berapa besar total pendapatan yang perlu dicapai untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel. Dalam hal ini, BEP dihitung berdasarkan uang tunai yang perlu diperoleh. Pendekatan ini cocok untuk perusahaan yang ingin mengetahui jumlah penjualan dalam bentuk uang yang diperlukan untuk mencapai impas, tanpa harus terfokus pada jumlah unit produk. Dengan menggunakan BEP dalam pendapatan, perusahaan bisa lebih mudah memahami berapa banyak uang yang perlu didapatkan untuk menutupi biaya tetap dan variabel, sehingga mereka bisa lebih strategis dalam menetapkan harga jual atau volume penjualan.
Cara Menghitung Break Even Point Secara Praktis
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah contoh perhitungan BEP:
Misalkan, sebuah perusahaan memiliki biaya tetap sebesar Rp 50.000.000 per bulan, biaya variabel per unit sebesar Rp 30.000, dan harga jual per unit sebesar Rp 75.000. Maka, perhitungan BEP dalam unit adalah:
BEP = 50.000.000 / (75.000 – 30.000) = 50.000.000 / 45.000 = 1.111 unit
Ini berarti perusahaan perlu menjual 1.111 unit produk untuk mencapai titik impas.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Break Even Point
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Break Even Point (BEP) sangat penting untuk dipahami, karena perubahan dalam faktor-faktor ini dapat langsung memengaruhi titik impas perusahaan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan:
1. Harga Jual dan Biaya Variabel
- Harga Jual: Semakin tinggi harga jual per unit produk, semakin rendah jumlah produk yang perlu dijual untuk mencapai BEP. Sebaliknya, jika harga jual turun, BEP akan meningkat karena perusahaan harus menjual lebih banyak produk untuk menutupi biaya.
- Biaya Variabel: Biaya yang berhubungan langsung dengan produksi, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung, sangat memengaruhi BEP. Jika biaya variabel per unit meningkat, maka margin kontribusi (selisih antara harga jual dan biaya variabel) menjadi lebih kecil, yang berarti perusahaan perlu menjual lebih banyak unit untuk mencapai titik impas. Sebaliknya, menurunkan biaya variabel dapat menurunkan BEP.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tetap tidak berubah meskipun volume produksi atau penjualan berubah, seperti biaya sewa, gaji tetap, dan biaya asuransi.
- Peningkatan Biaya Tetap: Ketika biaya tetap meningkat (misalnya sewa gedung atau gaji karyawan tetap), BEP juga akan meningkat. Artinya, perusahaan perlu menghasilkan lebih banyak pendapatan atau menjual lebih banyak produk untuk menutupi biaya tetap yang lebih tinggi.
- Pengurangan Biaya Tetap: Jika perusahaan dapat mengurangi biaya tetap (misalnya dengan mencari lokasi sewa yang lebih murah atau menurunkan biaya administrasi), BEP dapat diturunkan, karena perusahaan memerlukan pendapatan yang lebih sedikit untuk menutupi biaya tetap tersebut.
3. Skala Produksi
Skala produksi merujuk pada jumlah unit yang diproduksi dalam suatu periode.
- Skala Produksi Lebih Besar: Perusahaan yang meningkatkan volume produksi sering kali dapat memperoleh economies of scale, yaitu penurunan biaya variabel per unit seiring bertambahnya volume produksi. Hal ini terjadi karena beberapa biaya variabel dapat dibagi lebih banyak unit, sehingga biaya per unit menurun. Sebagai hasilnya, BEP juga menurun karena perusahaan tidak perlu menjual sebanyak itu untuk mencapai impas.
- Skala Produksi Kecil: Jika produksi terbatas pada volume kecil, biaya per unit cenderung lebih tinggi, yang dapat meningkatkan BEP. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengevaluasi apakah peningkatan skala produksi bisa menurunkan BEP dan meningkatkan profitabilitas.
Peran Break Even Point dalam Perencanaan Keuangan
Peran Break Even Point (BEP) dalam Perencanaan Keuangan sangat penting karena memberikan wawasan yang jelas mengenai sejauh mana perusahaan harus beroperasi untuk mencapai titik impas. BEP berfungsi sebagai alat bantu utama dalam penyusunan anggaran dan proyeksi keuangan, karena dengan mengetahui titik impas, pemilik bisnis dapat membuat keputusan yang lebih cerdas terkait strategi harga, biaya operasional, dan target penjualan.
BEP dalam Penyusunan Anggaran
Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat menentukan berapa banyak biaya tetap dan variabel yang harus ditutupi dari pendapatan. Ini membantu dalam menyusun anggaran tahunan, baik untuk biaya produksi, pemasaran, hingga biaya operasional lainnya. Jika perusahaan sudah mengetahui BEP-nya, mereka dapat lebih mudah menyusun anggaran untuk mencapai titik impas dan mulai merencanakan target laba yang lebih tinggi.
BEP dalam Proyeksi Keuangan
Proyeksi keuangan adalah alat untuk merencanakan kinerja keuangan masa depan. BEP memberikan gambaran yang jelas mengenai pendapatan minimum yang diperlukan untuk menutupi biaya. Hal ini membantu pemilik bisnis dalam menetapkan target penjualan yang realistis dan memantau pencapaian keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Dengan BEP, perusahaan bisa merencanakan periode laba dan lebih mudah untuk menyesuaikan strategi jika pencapaian penjualan tidak sesuai dengan ekspektasi.
Keterbatasan dan Keuntungan Menggunakan Break Even Point
Keterbatasan dan Keuntungan Menggunakan Break Even Point (BEP) sangat penting untuk dipahami, karena meskipun BEP memberikan wawasan yang berharga, ia juga memiliki beberapa batasan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Kelebihan Menggunakan Break Even Point
- Alat Ukur untuk Mengoptimalkan Pengelolaan Biaya BEP memberikan gambaran yang jelas tentang berapa banyak penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya tetap dan variabel. Dengan demikian, perusahaan dapat lebih mudah mengidentifikasi area-area yang membutuhkan efisiensi biaya dan mengoptimalkan pengeluaran untuk meningkatkan profitabilitas. Misalnya, jika perusahaan mengetahui BEP-nya, mereka bisa mencari cara untuk menurunkan biaya variabel atau mengelola biaya tetap dengan lebih efektif.
- Membantu Mengurangi Risiko Finansial BEP membantu perusahaan untuk mengetahui titik impas sebelum terjadi kerugian. Dengan memahami berapa banyak penjualan yang harus dicapai untuk menutupi biaya, perusahaan bisa lebih berhati-hati dalam membuat keputusan terkait harga, volume penjualan, dan pengeluaran. Memahami BEP memungkinkan perusahaan untuk menghindari keputusan yang dapat membawa mereka ke dalam kerugian, karena mereka tahu di mana batas risiko keuangan.
Keterbatasan Menggunakan Break Even Point
- Tidak Memperhitungkan Faktor Eksternal Salah satu keterbatasan utama BEP adalah bahwa BEP hanya berfokus pada biaya internal perusahaan dan tidak memperhitungkan faktor eksternal seperti perubahan pasar, fluktuasi ekonomi, atau persaingan yang dapat mempengaruhi penjualan dan biaya. Misalnya, jika ada penurunan permintaan pasar atau perubahan regulasi yang meningkatkan biaya operasional, BEP mungkin tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
- Tidak Memperhitungkan Faktor Jangka Panjang BEP memberikan gambaran yang sangat spesifik untuk periode tertentu, biasanya berdasarkan periode bulanan atau tahunan. Oleh karena itu, ia tidak memperhitungkan faktor jangka panjang seperti investasi di masa depan, pengembangan produk, atau perubahan struktural dalam bisnis. Dalam jangka panjang, perusahaan perlu menggabungkan BEP dengan analisis yang lebih mendalam untuk merencanakan pertumbuhan dan perubahan strategis.
Strategi untuk Menurunkan Break Even Point (BEP) sangat penting untuk diterapkan, terutama jika perusahaan ingin mencapai titik impas dengan lebih cepat dan mengurangi risiko kerugian. Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan untuk menurunkan BEP, yaitu mengurangi biaya tetap dan variabel serta meningkatkan harga jual atau volume penjualan.
1. Mengurangi Biaya Tetap dan Variabel
- Biaya Tetap: Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah terlepas dari volume produksi atau penjualan, seperti sewa, gaji tetap, dan asuransi. Untuk menurunkan BEP, perusahaan bisa mengurangi biaya tetap dengan mencari cara untuk menurunkan pengeluaran tersebut, misalnya dengan merundingkan ulang kontrak sewa, mengurangi biaya administrasi, atau memotong pengeluaran non-esensial.
- Biaya Variabel: Biaya variabel berubah seiring dengan volume produksi atau penjualan, seperti bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Mengurangi biaya variabel per unit, misalnya dengan mencari sumber bahan baku yang lebih murah, meningkatkan efisiensi produksi, atau menggunakan teknologi yang lebih efisien, dapat mengurangi BEP secara signifikan. Biaya variabel yang lebih rendah akan meningkatkan margin kontribusi, sehingga perusahaan bisa mencapai impas dengan penjualan yang lebih sedikit.
2. Meningkatkan Harga Jual atau Volume Penjualan
- Meningkatkan Harga Jual: Jika perusahaan merasa produk atau layanan mereka memiliki nilai tambah, mereka bisa menaikkan harga jual. Peningkatan harga jual per unit akan langsung meningkatkan margin kontribusi, yang berarti perusahaan akan lebih cepat mencapai BEP, meskipun penjualan unit tetap sama. Namun, penting untuk memastikan bahwa harga yang lebih tinggi tidak akan menurunkan permintaan secara signifikan.
- Meningkatkan Volume Penjualan: Jika perusahaan berhasil meningkatkan volume penjualan, misalnya dengan memperkenalkan produk baru atau memperluas pasar, lebih banyak pendapatan dapat diperoleh dengan biaya tetap yang tetap. Meningkatkan volume penjualan mengurangi BEP karena biaya tetap tetap dibagi oleh jumlah unit yang lebih banyak, sehingga semakin banyak produk yang dijual, semakin cepat perusahaan mencapai titik impas.
Menghitung dan memahami Break Even Point (BEP) adalah langkah penting dalam perencanaan keuangan untuk memastikan perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan. Dengan informasi mengenai BEP, pemilik bisnis dan eksekutif dapat membuat keputusan yang lebih tepat terkait harga jual, biaya tetap dan variabel, serta volume penjualan yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Selain itu, BEP juga membantu perusahaan dalam merencanakan anggaran dan menetapkan target penjualan yang lebih realistis. Dengan demikian, BEP berfungsi sebagai alat yang sangat berguna untuk menavigasi perusahaan menuju kesehatan finansial yang lebih baik dan mengurangi risiko kerugian.
Namun, untuk memaksimalkan perencanaan keuangan dan pengelolaan keuangan perusahaan, Anda memerlukan alat yang dapat membantu dalam menghitung BEP serta memantau pengeluaran dan pendapatan dengan lebih efisien. Zahir Accounting menyediakan fitur akuntansi lengkap yang memungkinkan Anda untuk mengelola keuangan perusahaan dengan mudah, termasuk menghitung BEP secara otomatis dan mengelola proyeksi keuangan dengan lebih akurat.
Klik di sini untuk mulai menggunakan Zahir Accounting dan optimalkan pengelolaan keuangan serta perencanaan bisnis Anda. Dengan Zahir Accounting, Anda bisa lebih fokus pada strategi bisnis, sementara kami membantu menyederhanakan pengelolaan keuangan perusahaan Anda.