Bisnis

 

Bisnis Untung Tapi Cash Buntung. Kenapa Ya?

 

Penggunaan cash dalam bisnis sudah seharusnya diperhitungkan dengan cermat. Seringkali pelaku usaha mengalami kekurangan cash dalam bisnisnya, walaupun sebenarnya bisnisnya menguntungkan. Sehingga dia terpaksa harus mencari pinjaman dari pihak lain untuk menutup kekurangan cash. Salah satu langkah yang jamak ditempuh adalah dengan mengajukan pinjaman ke Bank agar kekurangan cash dapat tertutupi. Namun langkah ini hanya bersifat sementara saja, karena ketika penjualan semakin meningkat, maka uang cash juga semakin tidak kelihatan. Nah, kenapa ya bisnis untung tapi cash justru buntung? Kemana uangnya?

bisnisDalam dunia bisnis, masalah diatas disebut dengan cash shortage (kekurangan kas). Mengapa bisa terjadi demikian? Cash Shortage terjadi karena adanya Cash Gap, yaitu jumlah uang cash yang keluar untuk membeli persediaan lebih banyak dari uang cash yang masuk dari persediaan tersebut. Rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan :

Periode Piutang + Persediaan dalam hari – periode hutang = Cash Gap (selisih kas) dalam hari.

Sebagai contoh: Sebuah perusahaan katering melakukan pembelian persediaan barang setiap 2 bulan sekali (60 hari) dengan pembayaran kepada supplier sekitar 20 hari. Kemudian jasa katering ini menjual barang tersebut dengan rata-rata waktu pembayaran dari pelanggan yaitu 30 hari. Penjualan perhari dari jasa ini adalah Rp. 2.000.000 dengan profit margin sekitar 50%. Melalui perhitungan dengan rumusan diatas ditemukan bahwa usaha tersebut mengalami cash gap sebesar= 30 hari +60 hari – 20 hari = 70 hari. Artinya usaha katering tersebut membayar persediaan barang 20 hari setelah barang diterima, menyimpan barang tersebut selama 40 hari sebelum dijual dan menunggu selama 30 hari hingga piutang masuk. Dengan demikian usaha tersebut harus memiliki extra cash untuk men-cover biaya operasional selama 90 hari sebelum pembayaran cash dari penjualan barang diterima.

Lalu berapa jumlah extra cash yang harus disediakan untuk menutupi kekurangan tersebut? Extra cash yang harus disediakan sebesar Rp. 70.000.000 (70 x Rp. 2.000.000 x (1-50%) untuk operasional selama 70 hari pada setiap periode setelah 20 hari barang persediaan diterima.

Kondisi seperti inilah yang mengakibatkan sebuah usaha walaupun mendapatkan margin profit yang tinggi tapi mengalami kesulitan cash untuk operasional usaha. Jika kondisi ini terus terjadi maka semakin besar usaha dimana penjualan semakin tinggi, maka semakin usaha Anda kekurangan uang. Lho kok bisa? Dari contoh sebelumnya, seandainya penjualan jasa katering tersebut naik 100% menjadi Rp. 120.000.000/bulan, maka kekurangan cash menjadi Rp. 140.000.000 (70 x Rp. 4 000.000 x (1-50%), demikian seterusnya.

Mengajukan pinjaman ke pihak lain, seperti Bank bisa memperburuk masalah kas

Mengajukan pinjaman ke pihak lain, seperti Bank untuk menutupi Cash Gap hanya dapat membantu dalam jangka pendek, justru masalah cash yang dihadapi usaha ini semakin memburuk. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya masalah bukan terletak pada banyaknya cash yang dimiliki sebuah usaha, tapi bagaimana sebuah bisnis dapat mengelola cash tersebut. Solusi ditekankan bukan pada tambahan cash dari pihak luar, tapi bagaimana memaksimalkan pengelolaan cash flow bisnis. Faktor inilah yang penting dalam menentukan kesuksesan bisnis dimasa mendatang.

Nah, bagaimana dengan Anda? Sudahkan Anda mengelola cash flow bisnis Anda dengan tepat? Jika belum, mungkin kini sudah saatnya Anda membenahinya. Karena sebagian besar usaha yang bermasalah dalam hal cash flow akan mengalami keterpurukan. Jika bisnis Anda mengalami masalah seperti diatas, akan lebih bijak jika Anda segera memperbaiki cash flow bisnis Anda