rasio keuangan

3 Rasio Keuangan Untuk Melihat Kesehatan Bisnis

Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan cara sistematis untuk memperoleh keuntungan dengan mengerahkan sumber daya yang ada. Dalam menjalankan suatu bisnis, pebisnis (sebutan untuk pelaku bisnis) akan menggunakan alat ukur untuk melakukan perbandingan terhadap posisi bisnisnya saat ini maupun periode bisnis sebelumnya. Periode bisnis yang dimaksud dapat berupa: bulanan, triwulan, bahkan tahunan. Sedangkan alat ukur untuk mengetahui perbandingan bisnis menggunakan rasio keuangan.

Rasio keuangan adalah satuan kuantitatif yang dihasilkan dari perbandingan antara dua data atau lebih yang menjadi komponen pada laporan keuangan suatu bisnis. Komponen – komponen tersebut bisa berupa modal, pendapatan, hutang, piutang, ataupun biaya yang dihasilkan selama periode bisnis berlangsung. Karena bersifat perbandingan, rasio keuangan biasanya disajikan dalam bentuk persentase (%).

Dalam perkembangannya, kondisi kesehatan bisnis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena tanpa didukung oleh kondisi kesehatan yang baik, suatu bisnis tidak dapat berkembang maksimal. Suatu bisnis dikatakan dalam kondisi sehat apabila memiliki beberapa indikator sebagai berikut: memiliki profitabilitas yang tinggi, efisiensi yang tinggi, dan solvabilitas yang tinggi. Untuk mengetahui ketiga indikator tersebut, pebisnis menggunakan rasio – rasio keuangan yang dihitung berdasarkan komponen pada laporan keuangan.

Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang dihasilkan dalam suatu bisnis.  Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bisnis antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),atau Return of Asset (ROA). Sementara rasio efisiensi  menunjukan kemampuan untuk meminimalisir biaya untuk menghasilkan profiabilitas dalam suatu bisnis.  Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bisnis antara lain: Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), ataupun Operating Ratio. Sementara rasio solvabilitas menunjukkan indikasi keamanan suatu bisnis dari para pemberi pinjaman (Bank). Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bisnis antara lain: Debt to Equity Ratio (DER), atau Debt to Total Asset Ratio (DAR).

Ketiga indikator tersebut saling berhubungan, sehingga pebisnis harus bisa menjaga keseimbangan antara profitabilitas, efisiensi, dan solvabilitas yang dimiliki. Suatu bisnis yang memiliki ROA (profitabilitas) yang tinggi ditunjang oleh BOPO yang rendah (profitabilitas tinggi) sehingga menghasilkan DER (solvabilitas) yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, bisnis yang memiliki efisiensi yang rendah (BOPO tinggi) akan menghambat profitabilitas, dan menurunkan solvabilitas suatu bisnis.

Rasio keuangan dihitung berdasarkan hasil laporan keuangan pada periode bisnis berjalan, oleh karena itu dibutuhkan sistem pencatatan akuntansi yang terintegrasi dengan laporan keuangan. Dengan menggunakan sistem akuntansi yang terkomputerisasi, maka pebisnis akan lebih mudah melakukan analisis rasio keuangan untuk mengetahui kesehatan bisnis. Karena sistem pencatatan akuntansi yang tepat akan menghasilkan laporan keuangan yang akurat sehingga pebisnis dapat melakukan analisis terhadap kesehatan bisnisnya berdasarkan rasio – rasio keuangan.

Akan tetapi penilaian kesehatan bisnis dengan menggunakan rasio keuangan memiliki beberapa kekurangan, antara lain: tidak memasukan faktor non kuantitatif seperti persaiangan pasar dan kepuasan konsumen. Selain itu analisa kesehatan bisnis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bergantung pada hasil laporan keuangan, sehingga setiap proses pencatatan keuangan hingga menjadi laporan harus menggunakan sistem yang cepat, akurat, dan sistematis agar analisis rasio keuangan bisa mencerminkan kondisi bisnis sebenarnya.

Baca juga artikel terkait Memahami Rasio Keuangan Bagian 1 dan Bagian 2