contoh jurnal penjualan

Setiap perusahaan biasanya melakukan kegiatan jual beli, baik kecil maupun besar. Transaksi yang dilakukan suatu perusahaan tidak selalu dibayar tunai, tentu ada saja yang dibayar secara kredit.

Setiap transaksi membutuhkan pencatatan untuk memudahkan pembuatan laporan keuangan nantinya. Untuk itu jurnal pembelian dan jurnal penjualan diperlukan untuk kepentingan operasional.

Pada kesempatan kali ini saya akan memberitahu anda apa dan bagaimana jurnal penjualan itu digunakan.

Pengertian Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan adalah jurnal khusus dalam siklus akuntansi yang fungsinya untuk mencatat transaksi penjualan.

Jurnal khusus dapat digunakan dan dicatat serta diposting ke akun-akun secara komputerisasi.

Biasanya informasi yang disimpan dalam jurnal penjualan untuk setiap transaksi diantaranya :

  • Tanggal transaksi
  • Nomor rekening
  • Nama Pelanggan
  • Nomor faktur Jumlah penjualan (debit akun piutang dagang dan kredit akun penjualan)

Jurnal penjualan pada dasarnya hanya mencatat piutang, yang berarti penjualan yang dilakukan secara tunai tidak dicatat di dalamnya.

Penjualan yang dilakukan secara tunai akan dicatat di akun jurnal penerimaan kas. Tapi terkadang pada prakteknya masih ada yang menggabungkan penjualan tunai dalam akun jurnal penjualan.

Jika Anda ingin menelaah dan melihat saldo yang sudah tercatat di buku besar umum, Anda bisa merujuk ke jurnal penjualan, untuk mengakses salinan faktur anda bisa menggunakan nomor faktur yang tercantum dalam jurnal penjualan.

Jenis-jenis Jurnal Penjualan

Berikut jenis-jenis jurnal penjualan, yaitu:

1. Tunai

Perusahaan kadang menjual barang secara tunai dan  kredit.

Berikut contoh ilustrasi jurnal penjualan perpetual seperti dibawah ini:

Diasumsikan bahwa pada tanggal 01 Mei 2014, PT Melati menjual barang seharga Rp2.000.000.

Transaksi penjualan ini dapat dicatat sebagai berikut:

  • (Debet) Kas  = Rp2.000.000
  • (Kredit) Penjualan = Rp2.000.000

Dalam sistem persediaan perpetual, harga pokok penjualan serta pengurangan jumlah persediaan wajib dicatat juga.

Dengan ini, akun persediaan menunjukkan jumlah persediaan yang belum terjual.

Asumsikanlah bahwa harga pokok penjualan pada tanggal 5 Mei 2014 adalah Rp1.000.000.

Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan dan pengurangan dalam persediaan seperti dibawah ini:

  • (Debit) Harga Pokok Penjualan = Rp1.000.000
  • (Kredit) Persediaan = Rp1.000.000

Beberapa waktu terakhir, meningkatnya kepemilikan kartu kredit di Indonesia menjadikan penjual ritel menjual dagangan nya menggunakan kartu kredit, seperti Visa.

Lalu bagaimana peritel melakukan pencatatan penjualan menggunakan kartu kredit?

Penjualan seperti ini, dicatat sebagai penjualan tunai karena peritel biasanya menerima pembayaran beberapa saat ketika sudah terjadi penjualan,

Penjualan yang menggunakan kartu kredit nantinya diproses oleh badan kliring yang menghubungkan bank penerbit kartu kredit. Misalnya Kartu Kredit BCA, Bank Mandiri.

Bank itulah yang nanti bakal mentransfer uang tunai hasil penjualan ke rekening bank peritel.

Jadi, jika pembeli membayar secara tunai maupun menggunakan kartu kredit untuk membayar pembelanjaannya, penjualan akan dicatat seperti ditunjukkan di atas.

Beban pemrosesan yang dikeluarkan oleh badan kliring atau bank penerbit kartu kredit, besarnya sekitar 2-3% dari angka transaksi penjualan.

Berikut cara mencatat beban kartu kredit secara periodik :

  • (Debet) Beban kartu kredit = Rp60.000
  • (Kredit) Kas = Rp60.000

2. Kredit

Jurnal penjualan kredit adalah catatan jurnal yang fungsinya untuk mencatat jenis transaksi penjualan kredit.

Penjual biasanya mencatat penjualan sebagai debit pada akun Piutang Usaha atau Piutang Dagang dan kredit. Risiko dari penjualan secara kredit, akan terlihat di jurnal wesel tagih dan wesel bayar.

Perhatikan pencatatan jurnal penjualan kredit metode perpetual di bawah ini:

Jurnal penjualan secara kredit senilai Rp500.000 dan harga pokok penjualan Rp250.000 untuk PT Melati adalah berikut ini:

  • (Debit) Piutang Usaha = Rp500.000
  • (Kredit) Penjualan = Rp500.000
  • (Debit) Harga Pokok Penjualan = Rp250.000
  • (Kredit) Persediaan = Rp250.000

3. Diskon

Syarat dalam suatu penjualan biasanya ditunjukkan dalam faktur penjualan yang dikirim kepada pembeli.

Contoh faktur penjualan untuk PT Melati ditunjukkan sebagai berikut:

Syarat dalam suatu pembayaran yang disepakati oleh kedua belai pihak, pembeli dan penjual disebut syarat kredit (credit term). Jika pembayaran dilakukan ketika pengiriman barang, maka syaratnya adalah tunai atau tunai bersih.

Sebaliknya, jika pembeli yang diperbolehkan mendapat keringanan waktu untuk membayar maka disebut sebagai periode kredit (credit period).

Periode kredit biasanya dimulai sejak tanggal transaksi penjualan yang ditunjukkan dalam faktur.

Jika pembayaran jatuh tempo setelah tanggal faktur seperti 30 hari, maka  syaratnya adalah 30 hari bersih, yang ditulis n/30.

Bila pembayaran jatuh tempo di akhir bulan yang sama dengan bulan penjualan, maka syaratnya ditulis sebagai n/eom (end-of-month).

Agar mendorong pembeli membayar sebelum jatuh tempo, penjual biasanya menawarkan diskon kepada pembeli tersebut.

Misalnya, penjual bisa menawarkan  diskon 2% jika pembeli membayar dalam kurun waktu 10 hari setelah tanggal faktur.

Jika pembeli tidak mengambil diskonnya, harga yang tertera di faktur akan jatuh tempo dalam 30 hari.

Syarat ini ditulis sebagai 2/10. n/30 dan dibaca sebagai diskon 2% jika dibayar dalam 10 hari, jumlah bersihnya jatuh tempo dalam 30 hari.

Diskon yang diambil pembeli untuk membayar lebih awal disimpan sebagai diskon penjualan oleh penjual.

Biasanya penjual mencatat diskon penjualan di akun terpisah. Akun diskon penjualan ialah akun kontra terhadap penjualan.

Perhatikan ilustrasi jurnal penjualan dengan diskon dan PPN dibawah ini:

Katakan uang tunai diterima dalam periode diskon (10 hari) dari penjualan kredit Rp1.500.000 dan PPN sebesar 10%.

Maka pencatatan jurnal transaksi penjualannya seperti ini:

  • (Debit) Kas = Rp 1.320.000
  • (Debit) PPN = Rp 150.000
  • (Debit) Diskon Penjualan = Rp 30.000
  • (Kredit) Piutang Usaha = Rp 1.500.000

4. Retur dan Potongan

Barang yang sudah dibeli dapat dikembalikan oleh pembeli kepada penjual yang merupakan retur penjualan (sales return).

Di samping itu, dengan alasan barang rusak, cacat atau alasan lainya, penjual bisa mengurangi harga barang yang disebut pemberian potongan penjualan (sales allowance).

Jika retur atau potongan penjualan terjadi secara kredit. Penjual biasanya membuat memo kredit atau memorandum kredit (credit memorandum) untuk pembeli yang melakulan retur.

Memo ini memperlihatkan jumlah dan alasan kredit penjual di dalam akun piutang usaha, di mana piutang usaha jika terjadi penjualan kredit berarti berkurang jumahnya.

Seperti diskon penjualan, retur dan potongan penjualan bisa mengurangi pendapatan. Karena bisa menambah ongkos kirim (ongkir) barang penjualan serta beban lainnya.

Dikarenakan persediaan selalu diperbarui, penjual menambahkan biaya barang yang dikembalikan dalam akun persediaan.

Penjual harus mengkredit biaya barang yang dikembalikan di akun harga pokok penjualan, karena akun ini didebitkan saat penjualan awal dicatat.

Kesimpulan

Transaksi penjualan merupakan salah satu kegiatan suatu perusahaan baik perusahaan dagang, manufaktur, maupun jasa.

Sehingga perusahaan membutuhkan pencatatan penjualan dengan baik dan benar.

Setelah memahami pelajaran ini, semoga anda tidak lagi mengalami kesulitan untuk melakukan pencatatan jurnal penjualan. Sehingga laporan keuangan yang anda kelola, akan valid dan akurat.

Dan bila ingin menerapkan sistem keuangan dengan tools sederhana, anda bisa langsung meluncur ke Zahir Accounting.