Replubika.co.id – Kamis, 04 September 2008 – JAKARTA—PT. Zahir Internasional, bergabung ke Bussines Software Alliance ( BSA ). Dengan bergabungnya Zahir, kini perwakilan BSA Indonesia memiliki dua anggota lokal, yakni PT. Andal Software dan PT. Zahir Internasional.
“ Ada satu lagi perusahaan lokal yang telah bergabung ke BSA. Namun kami belum bisa menyebutkan nama perusahaan tersebut,” kata perwakilan BSA Indonesia Donny A Sheyoputra, di Jakarta, Kamis (4/9). Menurut Donny perusahaan ini berlokasi di luar pulau Jawa. Di Indonesia saat ini diperkirakan ada 10 perusahaan software lokal.
Zahir secara resmi menjadi anggota sejak 4 September 2008. Selain dua mitra lokal, BSA beranggotakan puluhan perusahaan software global seperti Adobe, Agilent Technology, Miscrosoft, Apple, Corell, Dell, Cisco HP, IBM, Intel, Trend Micro, dan Autodesk.
BSA sendiri merupakan satu lembaga yang mendedikasikan diri untuk mempromosikan dunia digital yang aman dan legal. Bersama instansi terkait, BSA terlibat aktif dalam aksi antipembajakan peranti lunak.
Ihwal bergabungnya Zahir ke BSA, Direktur PT. Zahir Internasional, Muhammad Ismail menepis anggapan bahwa pihaknya ingin mendapatkan perlindungan dari aksi pembajakan terhadap produk – produknya.”Bergabung dengan BSA merupakan satu upaya kami mengedukasikan masyarakat untuk menggunakan peranti lunak legal,”kata Ismail.
Ismail membenarkan ada aksi pembajakan terhadap produk Zahir. Namun ia enggan merinci sampai sejauh mana aksi pembajakan terjadi pada produk Zahir. Perusahaan ini memiliki delapan software akuntasi, satu software point of sales dan satu software report server. Ia berharap dengan edukasi yang intens masyarakat akan memilih menggunakan software legal ketibang bajakan.
Indonesia sendiri masih berada dalam ranking tinggi untuk kategori pembajakan software. Berdasar laporan International Data Centre ( IDC ), pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 12, dengan tingkat pembajakan 84 persen dan menimbulkan kerugian 411 juta dolar AS sekitar Rp. 3,8 triliun.
Berada pada peringkat 8, dilukiskan Donny merupakan sebuah perkembangan yang menarik. “Karena tahun 2006 kita masuk dalam 10 besar dunia, berada dalam peringkat 8. Penurunan tingkat pembajakan 1 persen, berhasil melepaskan Indonesia dari kategori 10 besar,”kata Donny. Ia berharap tahun 2008, peringkat Indonesia semakin baik dan presentase pembajakan kembali mengalami penurunan.
Donny menjelaskan, di dunia internasional Rusia dan Chinna tercatat sebagai negara yang mampu menurunkan persentase pembajakan tertinggi dalam waktu tiga tahun terakhir ini. Rusia mampu menurunkan persentase pembajakan hingga tujuh persen, sementara China mencapi 11 persen.
Pembajakan, rupanya tidak semata – mata karna harga software. Direktur PT. Andal Software Indra Sosrodjoyo mengaku belum mendapatkan laporan mengenai aksi pembajakan terhadap dua produk yang dikembangkan. Indra menyimpulkan bahwa produk yang bersifat massive memang rentan pembajakan. Sementara produk untuk pasar spesifik—dengan harga puluhan hingga ratusan juta – -, justru jauh dari aksi pembajakan.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa aksi pembajakan tidak semata – mata karena faktor harga. “ Produk Andal dengan harga Rp. 50 juta hingga Rp. 100 juta tidak dibajak, tetapi ada software dengan harga 4 dolar AS justru dibajak,” cerita Indra.
Karena itulah, Ismail menilai edukasi kepada masyarakat sangat penting. Di sisi lain, dukungan purna jual termasuk maintenance menjadi faktor penting yang ikut menekan pembajakan. “ Bagaimana mungkin pembeli software bajakan bisa mendapat supporting,”kata Ismail.
Baik Donny, Indra maupun Ismail sependapat bahwa sekalipun terjadi aksi pembajakan, pasar software di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Ismailpun optimistik produk lokal justru diminati kalangan menengah bawah.
Ia mengemukakan bahwa Zahir mengembangkan produk yang menggunakan bahasa Indonesia. Di sisi lain, produk yang dikembangkan sesuai dengan kultur Indonesia. Dua aspek tadi menjadi semacam selling point, untuk produk yang dilepas dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 15 juta per lisensi.
Kelebihan lain, kata Ismail, adalah biaya up grade yang relatif murah. ”Bila vendor lain memberlakukan tarif up grade sama dengan membeli baru, kami hanya mengenakan charge selisih harga lama dan baru untuk up grade. Kalau versi baru harganya Rp 1 juta, sedangkan versi lama Rp 700 ribu, untuk up grade pelanggan cukup membayar RP 300 ribu, tak perlu Rp 1 juta,” kata Ismail.
Memperhatikan potensi pasar yang ada, Zahir memprediksi akan mampu membukukan pertumbuhan diatas 30 persen. Optimistik juga dilontarkan Indra. ”Tahun ini prediksi kami akan ada pertumbuhan diatas 50 persen,” kata Indra. Pernyataan Ismail maupun Indra mengindikasikan bahwa pasar software memang tengah menggeliat.