Koran Bisnis Indonesia, Edisi : Kamis, 11 Desember 2008, Hal : T3 Kolom Teknologi Informasi –
JAKARTA : Kontribusi produk peranti lunak lokal dinilai sangat kecil karena hanya menyerap sekitar 10% dari total belanja piranti lunak domestik tahun ini yang mencapai US$180 juta atau sekitar Rp. 2 triliun.
Riyanto Gozali, wakil ketua Asosiasi Peranti Lunak hanya mencapai US$180 juta atau 7,2% dari total belanja TI nasional tahun ini sebesar US$ 2,5 miliar.
“Pengembang peranti lunak lokal hanya mampu menikmati omzet 10% dari total pasar peranti lunak tahun ini sebesar US$180 juta,”ujarnya kemarin.
Dia masih menilai belanja software di Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan belanja peranti keras.
“Belanja peranti keras menyerap sekitar US$1,5 miliar atau 60% dari total belanja TI nasional tahun ini, “ujarnya.
Adapun sisanya sekitar 33% merupakan komponen belanja untuk jasa di bidang teknologi informasi.
Riyanto mengakui persepsi konsumen yang menyebutkan kualitas produk asing lebih baik dari lokal menjadi salah satu faktor peranti lunak lokal kalah bersaing.
Menurutnya, peranti lunak untuk kebutuhan hiburan menjadi produk yang berpotensi mengisi pasar dalam negeri seperti mobile content dan film animasi.
“Namun, segmen pasar ini tidak terdeteksi. Layaknya ‘pasar dibawah selimut’, karena transaksi lebih banyak dilakukan melalui media internet,” katanya.
Riyanto menilai untuk sektor korporasi menengah dan atas, pengembang lokal berpeluang memenuhi kebutuhan solusi back end ( administrasi enternal ) perusahaan, tata kelola keuangan, dan aplikasi penanganan pelanggan.
Riyanto menuturkan tahun depan pertumbuhan peranti lunak tidak akan banyak berubah atau berkisar pada angka 10%. “Sejak dulu belanja TI begitu – begitu saja tidak ada pertumbuhan yang signifikan. Paling tidak akan berada pada kisaran 7% sampai 11%.”
Strategi Pasar
Fadil Basymeleh, pendiri PT. Zahir International, mengatakan jumlah segmen usaha kecil menengah ( UKM ) yang ada di Jakarta diperkirakan berjumlah 700.000 usaha.
“Bila Zahir dapat menggarap 10%nya saja, maka potensi bisnis yang dapat diraih perusahaannya bisa mencapai Rp. 35 miliar,”katanya.
Dia mengatakan bahwa Zahir akan cepat menggarap pasar UKM sebagai strategi pasarnya, agar tidak disusul oleh pengembang peranti lunak asing. Usaha UKM harus dibantu untuk pengelolaan keuangannya agar dapat fokus pada pemasaran dan pada akhirnya ini akan membantu perekonomian secara keseluruhan.
Zahir, jelasnya, tidak akan bersaing dengan perusahaan asing yang sudah mapan tetapi mencari pasar yang belum tergarap.
“Jika harus menggarap proyek dengan skala Rp. 100Juta bisa saja. Namun usaha yang harus dikeluarkan juga besar dan hanya mampu menangani satu saja. Namun dengan UKM, kami bisa menangani 300 perusahaan dengan hasil yang lebih besar,” ujar Fadil.