PROSPEK pasar dan termasuk hasil industri kreatif yang dihasilkan di Indonesia masih cukup besar. Pemerintah sendiri memberikan dukungan yang luar biasa bagi pengembangan industri kreatif di Indonesia. Alasannya, peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa disokong oleh industri kreatif.

Salah satu industri kreatif itu, menurut Dirjen APTEL Depkoinfo, Cahyana Ahmad Jayadi, inovasi software, pemerintah katanya mendukung penuh pengembangan dan pemakaian hasil industri kreatif itu. Itu sebabnya di tahun 2009 dijadikan sebagai tahun industri kreatif.

Ada 14 bidang industri kreatif yang dikembangkan pemerintah mulai dari periklanan, arsitektur, handicrafts, desainer hingga informasi teknologi dan software. Pengembangan dan dukungan industri kreatif itu sendiri dilakukan pemerintah untuk tetap bisa menggerakkan sektor riil di tengah krisis global yang masih berlangsung.

Kehadiran software Zahir Merdeka produk PT Zahir Internasional – terkenal dengan software Zahir Accounting-nya, tampaknya menjadi tonggak baru bagi inovasi produk teknologi informasi (TI) di Indonesia, terlebih-lebih di Tahun Industri Kreatif yang dicanangkan pemerintah. Menurut Cahyana Ahmadjayadi, hadirnya software lokal ini dapat menjawab tantangan di saat krisis global masih menerpa.

Zahir di matanya, menjadi solusi kebutuhan software murah tapi berkualitas milik negeri sendiri. Apalagi produk Zahir Merdeka menerapkan sistem sewa (Voucher prabayar) seperti halnya kartu prabayar pada operator telepon seluler. Sesuatu yang baru dan (mungkin) pertama di Indonesia.

Jika selama ini para UKM kita enggan membeli software karena keterbatasan dana mengingat software masih dianggap mahal, maka dengan produk Zahir Merdeka, UKM bisa memakai sistem sewa. Dengan cara sewa maka investasi software-nya jadi sangat murah. Sesuatu yang selalu dicari konsumen: murah tapi bermutu.

Sewa? Ya, hanya dengan Rp 137 ribu per bulan, UKM sudah bisa menikmati software lokal buatan negeri sendiri: “Dengan membayar Rp 137 ribu perbulan, pelanggan mendapat manfaat sama dengan membeli software Rp 4 juta. Karena itu, kami menyebut Zahir Merdeka sebagai ‘Software Hebat Harga Hemat’,” tandas Fadil Fuad Basymeleh, Chairman perusahaan itu.

Pengoperasiannya cukup mudah. Cukup aktifkan periode transaksi yang diperlukan, dan anda siap membuat laporan keuangan dalam sekejap. Sehingga memberikan fleksibilitas pembayaran kepada para konsumen pengguna Zahir.

Dengan sewa prabayar, konsumen cukup membayar untuk periode transaksi yang dibutuhkan. Aktifkan periode transaksi dengan voucehr isi ulang Zahir Merdeka, maka konsumen dapat mencatat transaksi pada periode yang diaktifkan.

Produk software lokal ini, menurut Cahyana Ahmadjayadi, tidak kalah hebat dengan produk impor. Bahkan, dalam beberapa hal, bisa jadi lebih hebat. Apalagi Zahir mampu mencatat nilai transaksi hingga 15 digit atau ratusan triliun. Sedangkan sebagian besar software impor yang harganya di bawah Rp 20 juta hanya mampu menampung 8 digit atau setara dengan Rp 99 Juta.

“Ini bukti para pengembang piranti lunak lokal mempunyai kemampuan yang bisa dibanggakan, dan mampu bersaing dengan produk-produk impor. Salah satu tantangannya adalah meyakinkan publik, bahwa mutu piranti lunak lokal pun bisa diandalkan dan dibanggakan. Dan yang pasti harganya jauh lebih murah,” papar Cahyana.

Pencanangan Tahun Industri Kreatif ini membuat produsen IT lokal itu optimistis merebut ceruk pasar yang makin besar. Di tengah pesimisme yang melanda sebagian besar dunia usaha di Indonesia, produsen software itu justru membidik pertumbuhan pasar yang luar biasa. Melalui produknya, Zahir menargetkan pertumbuhan pelangan sebesar 300 persen, dari sekitar 7.500 menjadi 30.000 pada 2009.

Di tengah ketatnya persaingan untuk memenangkan persaingan pangsa pasar global, software lokal ini menjadi market leader di Indonesia. Baginya, bisnis software di Indonesia amat prospektif, meski harus bersaing dengan software asing. “Jumlah penduduk Indonesia sangat besar, sedangkan penetrasi teknologi masih sangat rendah. Hal itu merupakan peluang yang sangat besar,” tandas Fadil.

Menurut Cahyana, keunggulan produk software lokal ini mungkin juga karena faktor kemudahan pengoperasian, sesuatu hal yang amat dicari konsumen. Bahasa yang tidak terlalu ribet memudahkan para UKM mengoperasikan software ini.

Menjadi tuan di negeri sendiri begitu barangkali tekad produsen IT lokal ini. Produk software lokal ini sangat cocok untuk UKM di Indonesia mengingat sejak awal kelahirannya lebih dari 12 tahun lalu, software ini disesuaikan dengan karakter bisnis di Indonesia, sehingga sangat cocok untuk para UKM Indonesia.

Ke depan, peluang itu makin bertambanh besar, sebab perangkat-perangkat teknologi makin mudah digunakan dan makin murah. Harga internet pun semakin terjangkau harganya dan makin mudah didapat.

Jika beberapa tahun lalu, hardware seperti PC dan laptop harganya relatif mahal, kini harga hardware semakin murah. Bila dulu harga laptop belasan juta rupiah, kini dengan uang Rp 3 juta sampai Rp 4 juta kita sudah bisa memiliki laptop.

Bisnis IT saat ini sedang menunggu generasi berikutnya untuk bangkit. Ayo cintai produk negeri sendiri.

Sumber: Oleh Tety Polmasari | Harian Terbit, Rabu, 15 April 2009