Majalah Pengusaha, Edisi 83/MID MEI – MID JUNI 2008. Jarang sekali kita mendengar kata “zahir” dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kalau dilacak di Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “zahir” tidak ada keterangannya melainkan dirujuk ke kata “lahir.” Jadi zahir memang bukan kata yang familiar di telingan kita.

Maka begitu mendengar kata PT. Zahir Internasional, tentulah kita menduga bahwa perusahaan tersebut berasal dari negeri jiran. Padahal, sejatinya perusahaan financial software tersebut asli milik anak negeri. “Nama Zahir itu unik,” kata Fadil Basymeleh, pendiri sekaligus pemilik Zahir Internasional memberi alasan di balik pemilihan nama perusahaannya. “Selain itu, kebanyakan dari kita tidak percaya kepada software hasil karya kita sendiri. Untuk memberi nama perusahaan yang berbau kebarat-baratan saya merasa tidak sreg.”

Selama ini, apalagi yang menyangkut teknologi dan hal-hal- ilmiah, kita mempunyai penilaian yang bias bahwa yang datang dari Barat pasti lebih ilmiah dan canggih. Padahal banyak sekali teknolgi yang cikal bakalnya lahir di benua lain. “Faktanya ilmu tentang debet dan kredit ditemukan oleh Ahmad Zahir, bukan orang Barat. Memang sulit sih membuktikan fakta ini,” tutur Fadil.

Untuk menemukan nama perusahaan yang Fadil sempat mencari dari berbagai sumber hingga ditemukan nama “Zahir.” Nama yang unik. Unik, memang salah satu elemen ampuh dalam suatu penciptaan nama perusahaan atau merek. Karena nama atau merek yang unik lebih mampu menyedot perhatian konsumen, ketimbang nama atau merek yang standar.

Namun Zahir bukan hanya nama yang unik melainkan juga mengundang suatu janji yang hendak disampaikan kepada para konsumennya. Dituturkan Fadil, awalnya ia memiliki bisnis di bidang advertising. Setiap kali ingin mengambil keputusan bisnis ia mengaku kesulitan karena data-data yang dibutuhkan belum diolah. Minimal membutuhkan waktu satu bulan untuk mengolah data yang bisa dijadikan support decision itu. Sehingga, selalu saja ada keputusan ini menjadi tertunda. Ini mendatangkan kesulitan tersendiri bagi pengembang perusahaan advertising-nya.

Kata bijak orang bisnis “di balik kesulitan selalu ada peluang.” Hal ini juga yang menjadi pemikiran Fadil. Kalau dirinya merasa kesulitan untuk mengambil kesulitan segera lantaran tidak adanya software yang bisa mengolah data-data untuk memberikan dukungan bagi keputusannya, tentu perusahaan-perusahaan yang lain juga akan mengalami hal yang sama. Ini jelas peluang untuk membuat software tersebut.

Tahun 1997, Fadil mulai membuat financial software. Tapi berbeda dengan software yang lain, yang rata-rata merupakan software akuntansi, Fadil bergerak lebih jauh. Software Zahir tidak hanya bisa mengolah angka-angka tetapi juga grafik dan visual. Dengan hanya meluangkan waktu sekilas, pengambil keputusan bisa memberikan penilaian terhadap kinerja perusahaannya. “Dengan software Zahir, kinerja perusahaan bisa nampak zahirnya (lahiriahnya).”

Selain bisa melihat zahir perusahaan secara instan, software Zahir juga gampang dioperasikan oleh siapa pun. Bahkan oleh karyawan yang tak paham akuntansi. “Ibaratnya kamera digital, siapapun bisa menggunakannya asal njepret. Dengan teknologi kamera dulu, hanya fotografer profesional yang bisa mengambil gambar secara secara bagus. Demikian juga dengan software akuntansi pada umumnya, hanya orang-orang profesional tertentu yang bisa memanfaatkannya. Sedangkan dengan software Zahir siapapun bisa menjalankan tugasnya,” imbuh pria yang sehari-hari tinggal di Kota Malang ini.

Kemudahan dan fungsi yang mumpuni inilah yang membuat Zahir dikenal, bukan hanya klien dalam negeri tetapi juga klien luar negeri. Sebab, Zahir juga sering melakukan pameran di luar negeri seperti Jerman dan Singapura. “Responnya sangat positif. Banyak klien luar negeri seperti Jerman dan Italia yang tertarik dengan software kita. Namun bahasa menjadi kendala yang utama. Mereka mau membeli software kita asal diterjemahkan ke masing-masing bahasa. Tetapi target kita memang bukan menjual software kepada mereka melainkan kita ingin memuktikan bahwa software kita pun bisa bersaing dengan mereka. Ini membuat kita percaya diri,” jelas Fadil yang mengaku blak-blakan awal mendirikan usaha ini pun kurang percaya diri. “Waktu itu kita masih di Bandung. Kita mengira software Jakarta hebat-hebat. Ternyata anggapan itu keliru.”

Dengan sering melakukan pameran di luar negeri, merek Zahir juga semakin melesat. Dengan demikian tak aneh jika sejumlah klien Zahir di Indonesia adalah perusahaan-perusahaan multinasional.

Mulai 2003, klien Zahir meningkat pesat. Tetapi, bagi Fadil, ketika merek Zahir semakin kuat, pekerjaan tidak menjadi ringan. Merek yang telah dibangun bertahun-tahun, di antaranya dengan sering melakukan pameran di luar negeri, harus dijaga baik dari segi kualitas maupun pelayanan.

Selain itu inovasi harus terus dilahirkan. Gebrakan terbaru adalah menyediakan software yang bisa diakses dengan nama Zahir Report Server. Dengan layanan ini, pengambil keputusan bisa mengaksesnya di manapun yang bersangkutan berada. Bahkan, ke depan Zahir siap menggulirkan beberapa karya inovatif, namun Fadil belum bersedia mengungkapkannya. “Kita akan selalu berinovasi. Tetapi untuk inovasi yang terakhir kita masih merahasiakannya,” kata nahkoda perusahaan yang telah mendapat beberapa penghargaan ini, di antaranya Best of The Best Karya Cipta Piranti Lunak 2003 yang diserahkan langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.