Republika, Kamis, 18 Desember 2008, Hal :19 – Dimasa krisis,Perusahaan ICT Lokal Justru Kebanjiran Order. Kalau tidak ada krisis tahun 1997, mungkin sampai sekarang saya masih melayani pesanan orang di bidan percetakan. Justru karena ada krisis itulah akhirnya saya berkembang menjadi seorang pebisnis di bidang software house dan menjadi market leader di bidang software akuntansi,” ungkap pendiri dan Chairman PT. Zahir International, Fadil Fuad Basymeleh
Lelaki yang pernah menimba ilmu di Teknik Fisika ITB Bandung itu, sejak umur 20 ( tahun 1991 ) tahun sudah menggeluti bisnis. Awalnya dia terjun ke bisnis setting lay out. Fadil terpakasa berhenti kuliah pada 1996. keputusan tersebut diambil setelah ia menerima kucuran kredit sebesar Rp. 50 Juta dari PT. Sarana Modal Ventura. “Waktu itu saya harus fokus untuk menjalankan bisnis, apalagi setelah mendapat tambahan modal,” ujar Fadil.
Pada 1997, Fadil kembali mendapat kucuran modal sebesar Rp. 600 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli mesin cetak. Tapi, krisis ekonomi pada 1997 telah menghempaskan bisnisnya. Pada saat itulah Fadil berfikir, untuk bisa mendapatkan kucuran kredit, biasanya bank atau kreditor mensyaratkan adanya laporan keuangan yang tersusun rapih. Dari situlah Fadil iseng membuat software akuntansi yang bisa membantunya mengambil keputusan bisnis dalam waktu cepat. Peranti lunak itu dijual kepada orang lain dan ternyata disukai. Fadil Fuad Basymeleh yang baru berusia 26 tahun beralih ke bisnis software house.
Karena itulah, dalam pandangan Fadil, krisis itu bukan sesuatu yang harus ditakuti. “Tak perlu takut, apalagi cemas menghadapi krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Krisis justru membawa berkah, asalkan kita bisa menyikapinya dengan baik, t” tandasnya.
Bagaimana caranya? Fadil membagi beberapa rahasia. Pertama, selalu berprasangka baik kepada tuhan, bahwa pasti ada hikmah di balik setiap kesulitan, termasuk krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Kedua, bersungguh – sungguh dalam menekuni usaha bisnis.
“Kita harus tetap fokus pada bisnsi inti ( core business ) kita. Semakin fokus, semakin tajam sehingga kita akan semakin sukses,” ujarnya.
Ketiga, kita harus menjadi pengusaha yang baik dan benar. “Berbisnislah dengan cara yang baik dan benar, jangan menipu, jangan merugikan orang lain, terutama konsumen,” tegasnya.
Keempat, dari sisi spritual, jangan lupa untuk selalu berbagi kepada mereka yang tidak berpunya. “Keluarkan zakat dan perbanyak sedekah, sebab dalam harta kita terdapat hak – hak orang lain, khususnya fakir dan miskin.” tuturnya.
Masih ada rahasia lainnya yang selalu di jaga oleh Fadil, yakni mahabbah ( cinta dan bakti ) kepada orang tua, terutama ibu. “Orangtua merupakan jimat sukses dalam bisnis. Karena itu kita harus selalu menghormati, dan menyayangi dan berbakti kepadanya, “tandas Fadil.
Limpahan rezeki
Direktur Suteki IT Sulutions, Devid Hardi sependapat dengan Fadil Fuad Basymeleh. Ia mengakui, secara umum krisis global memang akan berdampak besar bagi hampir seluruh usaha di dunia. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan yang bangkrut dan PHK secara besar – besaran. “ Namun dari sudut pandang software house seharusnya terjadi efek sebaliknya. Bagaimanapun sebuah organisasi bisnis tetap harus berjalan dengan baik dalam segala kondisi yang dihadapi, justru teknologilah yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan skala besar dengan baik oleh SDM yang relatif lebih sedikit. Sehingga dengan perampingan struktur organisasi bisnis, seharusnya kebutuhan pada software semakin tinggi” tuturnya.
Ia menambahkan, khusus bagi pelaku ICT ( Information and Communication ) lokal, beberapa periode ke depan ( akibat krisis global ) akan mendapat “ limpahan rezeki “ dari perusahaan luar negri. “Berbeda dengan bidang – bidang lain, pelaku ICT di Indonesia masih disegani oleh pelaku ICT global, terutama untuk kawasan Asia, “ ujarnya.
Ia menyebutkan, Sistem out source membuat banyak sekali pekerjaan dari luar negri justru tenaga ahlinya ( terutama programmer ) orang Indonesia. Selain kualitas kerja memang bisa diandalkan, biayanya juga jauh lebih murah daripada tenaga ICT global. “ Limpahan kerja ini telah lama berlangsung lam, dan akan semakin meningkat dengan adanya krisis global ini. Kenyataannya pelaku ICT Indonesia bisa merajalela, minimal di kawasan Asia Tenggara. Kenapa kita tidak bisa menjadi tuan rumah sendiri?” paparnya.
Devid mengemukakan, bisnis software pada saat ini cukup bagus. Ada beberapa alasan yang mendasari.
Pertama, sudah mulai muncul kesadaran pada sebahagian masyarakat kita akan pentingnya suatu sistem yang dapat membantu kerja manusia dalam mengelola data suatu organisasi secara teratur, tertata dan terintegrasi sehingga kondisi riil suatu oraganisasi dapat diketahui secara cepat dan akurat oleh pra pengambil kebijakan.
Kedua, telah mulai terbentuk kepercayaan dari industri, lembaga pendidikan dan instansi pemerintah akan kualitas software buatan anak bangsa. Ketiga, dengan populasi penduduk Indonesia yang cukup besar, semakin berkembangnya berbagai industri pada daerah sub urban, telah dan akan meningkatnya kebutuhan akan software di masa yang akan datang.
Keempat, saat ini software telah menjadi suatu keharusan atau kebutuhan pokok bagi instansi yang benar – benar ingin maju dan kompetitif. Jikapun ada beberapa instansi masih menganggap software tidak / belum perlu, itu hanya masalah waktu . “Kedepan, instansi yang yang tidak siap untuk berkompetisi di era globalisasi ini akan mati dengan sendirinya secara perlahan – lahan,” tegas Devid.