Warta Kota, 20 Desemer 2008 – Besi yang terus-menerus ditempa akhirnya menjadi besi yang kuat. Itulah permisalan bagi Fadil Fuad Basymeleh (37). Ditempa dengan pengalaman sulit sejak membangun usaha dari nol, mengalami periode jatuh bangun, kemudian bangkit kembali, kini dia tumbuh sebagai entrepreneur sejati. Usahanya di bidang perangkat lunak (software) akuntansi justru berkembang ketika banyak pengusaha panik menghadapi krisis global saat ini.

Saya bersyukur ada krisis (krisis ekonomi 1998—Red). Kalau tidak, mungkin saya terus-terusan jadi tukang cetak, melayani pelanggan yang nggak-nggak (bertentangan dengan hati nurani—Red) seperti cetak brosur dengan gambar paha, betis dan sebagainya. Waktu itu, di Bandung, usaha saya di bidang advertising maju sekali. Masuk tiga besar. Tapi begitu ada krisis, usaha itu bangkrut karena nggak ada pekerjaan dan saya masih memiliki utang banyak sekali,” tutur Fadil Fuad Basymeleh, pemilik PT Zahir Internasional, membuka percakapan dengan Warta Kota, belum lama ini.

Ketika ditemui, Fadil baru meluncurkan produk anyar, Zahir Merdeka. Software akuntansi yang dijual dengan sistem sewa dengan konsep voucher isi ulang itu merupakan terobosan pasar yang inovatif dan unik. Sekaligus sebagai siasat untuk mengatasi masalah turunnya daya beli masyarakat akibat krisis global dan langkah jitu merebut pasar usaha kecil menengah (UKM) yang lebih besar. Dengan Zahir Merdeka, Fadil ingin mengarahkan lebih banyak pelaku UKM memiliki pembukuan yang rapi dan tertib, sehingga bisa mengakses kredit perbankan.

Diakui Fadil, krisis ekonomi 1998 telah merobohkan semua pilar bisnis yang dibangunnya. Namun semangat bertarungnya tidak pernah padam. ”Kalau soal mental jangan ditanya. Nggak ada masalah. Dalam agama, kita diajari nggak boleh putus asa. Saya yakin semua cobaan itu ada hikmahnya, cuma kita belum tahu. Saya berusaha bangkit. Toh, saya sudah terbiasa nggak makan,. Waktu merintis usaha dulu juga banyak tantangan. Cuma kasihan anak-anak saja karena saya nggak bisa beliin mereka susu,” ujar Fadil mengenai bagaimana dia menyikapi kebangkrutan usahanya pada tahun 1998.

Sepuluh tahun berlalu, setelah melewati masa gawat darurat, Fadil kembali dihadapkan pada zaman krisis global yang kini mulai menggoyang sendi-sendi perekonomian Indonesia. ”Untuk menjawab tantangan itu pengusaha dituntut membuat terobosan. Saya melakukannya dengan mengeluarkan produk Zahir Merdeka. Saya tidak menurunkan harganya, tapi membuat caranya lebih terjangkau,” kata Fadil.

Ditegaskan, dia tidak pernah takut kepada apa yang dinamakan krisis, sebab rezeki manusia tidak tergantung krisis. Lebih penting adalah bagaimana berprasangka baik kepada Tuhan. ”Ada orang tambah kaya saat krisis. Saya nggak khawatir krisis. Yang saya khawatirkan kerja saya bagus apa nggak, dan apakah pegawai saya bisa mendukung pelanggan yang sekian banyak itu,” ujar Fadil yang memulai usaha tahun 1992, saat dia masih mahasiswa.

Karena ingin Menikah

Nasib manusia tidak bisa ditebak, demikian juga dengan Fadil. Bayangkan, dia kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Fisika dari tahun 1991 sampai tahun 1996. Tahun 1992, dia memulai bisnis di bidang setting, kemudian berkembang ke bidang percetakan dan advertising. Sempat berjaya dalam bisnis periklanan, tapi kemudian bangkrut.

Dia lalu menekuni bidang usaha software akuntansi. Itu artinya, semua bisnis yang digeluti Fadil tidak ada yang nyambung dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Ternyata bukan hanya itu. Cerita Fadil terjun ke bisnis juga unik.

”Dulu waktu kuliah saya sudah ingin kawin. Ya, nggak pikir panjang, saya harus mencari pekerjaan. Saya kerjakan apa yang bisa saya kerjakan dan menghasilkan uang. Saya buka usaha setting itu,” kata Fadil yang menikah dengan Rosyidah tahun 1993.

Dia sengaja menikah untuk menambah tantangan hidup sehingga tidak bisa bermalas-malasan. Pasalnya, dia harus bekerja keras untuk membangun usaha sekaligus membiayai keluarga.

”Perusahaan advertising saya waktu itu sudah mempunyai 37 pegawai, beberapa di antaranya bergelar S2. Tapi, saat krisis ekonomi tahun 1998, saya jatuh. Di majalah bisnis ditulis, langkah pertama menghadapi krisis adalah stop beriklan. Waduh, ya setelah itu saya nggak punya pekerjaan,” ujar bapak lima anak ini.

Oleh karena masih mempunyai banyak utang, Fadel dituntut untuk berpikir alternatif. Utang kepada sebuah perusahaan modal ventura saja mencapai Rp 600 juta (dengan kurs saat itu, 1 dolar AS = Rp 2.000).

”Saya bekerja keras, lembur, tidur subuh, untuk bikin program, sambil siang harinya tetap menjalankan usaha advertising. Itu saya lakukan kira-kira dua tahun,” ujar Fadil yang memulai usaha di bidang software tahun 1998.

Diakui, untuk bangkit dari keterpurukan usaha, secara mental tidak butuh waktu lama. Namun, untuk bangkit secara finansial membutuhkan waktu sekitar lima tahun. ”Ketika usaha software mulai jalan, saya putuskan untuk mengundurkan diri dari usaha advertising pada tahun 2003. Sahamnya saya hibahkan kepada karyawan. Saya mau fokus pada bisnis software sekaligus untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa saya serius mengembangkan bisnis IT ini,” ujarnya.

Fadil merasakan betapa beratnya membangun kepercayaan masyarakat terhadap produk software yang dihasilkannya. ”Wah, awalnya repot banget meyakinkan calon konsumen bahwa software akuntansi kami juga berkualitas, bagus dan nggak bermasalah,” ujar Chairman PT Zahir Internasional itu.

Dikatakan, dia baru merasakan enaknya berbisnis IT, khususnya software akuntansi, tiga tahun belakangan ini. Sebab para pengusaha UKM sudah mulai memercayai produk Zahir. Mereka juga sudah merasakan manfaatnya, terutama dalam berurusan dengan bank, sehingga tidak ragu memberikan referensi produk Zahir kepada pengusaha UKM lainnya. ”Saat ini, jumlah perusahaan yang menggunakan produk Zahir sudah mencapai sekitar 8.000 UKM,” tambahnya.

Untuk mendobrak stigma buruk mengenai produk software akuntansi buatan lokal, Fadil lebih mengedepankan bukti dan manfaat daripada janji-janji muluk. ”Untuk meraih kepercayaan pasar, kami memberikan jaminan uang kembali bila software-nya bermasalah, layanan 24 jam, dan jaminan seumur hidup. Untuk itu, kami sangat mengutamakan kualitas pelayanan karena untuk mendapatkannya nggak gampang,” ujar Fadil semangat.

Kini, Fadil sudah berhasil membawa PT Zahir Internasional menjadi perusahaan software lokal yang disegani pasar dan meraih penghargaan bergengsi seperti APICTA Award 2002, 2003 dan 2004. Lalu apa mimpinya untuk lima tahun ke depan?

”Mimpi saya nggak muluk-muluk, hanya ingin melihat produk Zahir memasyarakat di Indonesia. Saya ingin UKM yang jumlahnya puluhan juta unit usaha itu memakai software akuntansi merek Zahir. Saya ingin melihat UKM maju karena memiliki pembukuan yang baik dan cepat dalam mengambil keputusan,” kata Fadil. (hes)