Pernah suatu saat saya bertanya kepada tetangga saya, seorang bapak-bapak usia 50 an, pemilik salah satu toko kecil yang menjual berbagai macam kebutuhan pokok di lingkungan rumah saya, pertanyaan yg sederhana, “hari ini kira-kira sudah dapat untung berapa pak toko nya?” bapak si pemilik toko kecil itu terlihat mengernyitkan dahi seperti kebingungan untuk menjawab pertanyaan “sederhana” saya. Sesaat kemudian dia menyampaikan kalau sebenarnya dia tidak pernah tahu persis keuntungan tokonya selama ini. Dia hanya memberitahu kalau saat ini di laci tokonya ada uang sekitar Rp. 1.175.000,-. Pertanyaan sederhana namun jawabannya sangat tidak mudah bukan?. Saya tergoda untuk bertanya lebih lanjut, “kira-kira dari uang yang Rp. 1.175.000,- itu, berapa kira-kira uang yang bisa bapak belanjakan untuk kebutuhan pribadi atau kebutuhan hidup bapak?” suatu pertanyaan yang sebenarnya saya sudah tahu kalau bapak pemilik toko tersebut pasti sekali lagi akan kebingungan.

Secara sepintas, secara pemikiran awam, uang Rp. 1.175.000,- itu adalah uang yang tersedia yang bisa digunakan dengan suka-suka oleh pemiliknya. Namun bila kita lihat dengan seksama maka sebenarnya dari uang tersebut ada uang modal barang dagangan, yang apabila kita gunakan semua jumlah uang tersebut maka kita tidak dapat mengganti atau belanja barang dagangan baru pengganti barang yang telah laku. Dan apabila pemakaian uang ini tidak diatur dengan teliti, tidak dipisah-pisahkan mana uang keuntungan dari penjualan yang bisa dipakai, mana uang modal untuk kulak lagi, maka bukankah lama kelamaan seluruh barang di toko akan habis? dan kalau barang dagangan sudah habis dan tidak ada lagi uang yang bisa digunakan kulak (belanja) barang dagangan baru, bukankah toko tidak dapat lagi menjual barang dagangan sehingga tidak ada lagi uang yang masuk ke laci uang di toko. Bisa disederhanakan bahasanya yaitu: tokonya bangkrut!!

Ini skala kecil, toko kelontong di kampung. Bagaimana dengan skala yang lebih besar, dengan pemasukan yang jelas lebih berlipat ganda, dan jumlah barang dagangan yang ribuan jenis. Tentu menggiurkan dengan uang yang terlihat lebih banyak dan lebih mudah untuk dibelanjakan membeli aset misalnya mobil, tanah, rumah dsb, oleh pemilik tokonya. Sementara sebenarnya uang tersebut sebagian besarnya justru adalah modal untuk keberlangsungan usaha tokonya. Tidak sedikit usaha yang mengalami kebangkrutan karena hal ini, karena kurangnya pengelolaan keuangan secara teliti dan tepat, tidak bisa membedakan mana uang modal dan mana uang hasil keuntungan.

Gambarannya sederhananya kira-kira seperti ini,

Kita asumsikan toko menjual 2 jenis barang (seperti tabel di atas) masing-masing laku 1 pcs, dengan harga jual seperti tabel dan harga kulak(HPP) seperti tabel di atas.

Maka akan terlihat dengan jelas berapa keuntungan kotor atas penjualannya. Juga bisa dilihat mana modal uang barang dagangan, mana total uang yang ada di laci toko, mana uang yang menjadi hasil usaha, yang bisa digunakan untuk kebutuhan pribadi.

Penjelasannya sebagai berikut:

  1. Pada kolom HPP senilai Rp. 140.000 adalah uang yang tidak boleh dipakai selain dibuat kulakan lagi barang yang sudah laku.
  2. Pada kolom Harga Jual senilai Rp. 165.000 adalah uang yang tersedia di laci saat ini, karena adanya penjualan 2 barang tersebut.
  3. Pada kolom keuntungan senilai Rp. 25.000 adalah uang yang boleh kita gunakan untuk kepentingan di luar operasional toko, misal untuk kebutuhan hidup, tabungan, investasi lain, dll.

Nah dari sini Anda sekarang akan bisa membayangkan apabila semuauang di laci untuk kebutuhan pribadi, kan?

Salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha yaitu adanya pembukuan toko yakni adanya pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik. Ini berlaku bagi anda pemilik toko kecil, toko besar, pabrik, distributor, kontraktor, developer, apapun  jenis dan skala usaha Anda tidak ada kecuali. Bisa jadi Anda sangat pintar dan  sukses secara pemasaran, omset selalu tinggi dan selalu naik,  namun apabila pembukuan toko tidak diatur dengan seksama maka ini akan beresiko besar yakni kebangkrutan. Kunci awal untuk mewujudkan ini adalah kedisplinan dan ketekunan.

Mulailah pembukuan  toko Anda sekarang juga, tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Terlambat itu adalah apabila barang di toko habis dan Anda tidak mampu untuk kulak lagi karena uangnya entah kemana telah Anda gunakan. Semoga sukses!

Oleh : Kautsar Tasniem

PT.Zahir Internasional

Cabang Malang