BLOG - Langkah-langkah pengendalian Biaya Bahan Baku

Langkah-Langkah Pengendalian Biaya Bahan Baku

 

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan kegiatan utamanya menghasilkan produk jadi tentunya membutuhkan bahan baku sebagai bahan utama dalam mengolah sebuah produk. Bahan baku dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi. Pada dasarnya bahan baku dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku langsung dan tidak langsung. Jika biaya bahan baku langsung dibebankan pada kelompok biaya bahan baku, maka termasuk dalam kelompok bahan baku langsung. Tapi jika biaya bahan baku dibebankan pada biaya overhead pabrik, maka disebut biaya bahan baku tidak langsung.

Langkah – Langkah Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku

Meskipun proses produksi dan kebutuhan akan bahan baku beragam sesuai dengan skala dan jenis usaha, pada umumnya langkah-langkan dalam pembelian dan penggunaan bahan baku meliputi:

1. Pada setiap produk yang akan dibuat, personel terkait menentukan rute untuk setiap produk. Rute ini merupakan urutan operasional yang harus dilakukan serta menentukan daftar bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi tersebut.

2. Menyediakan anggaran produksi yang berisi rincian kebutuhan bahan baku.

3. Bukti permintaan pembelian kepada supplier yang mencantumkan jenis bahan baku dan jumlah yang dibutuhkan.

4. Pesanan pembelian adalah kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.

5. Laporan penerimaan menyatakan bahwa jumlah yang diterima sesuai serta melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.

6. Bukti penerimaan bahan baku memberikan wewenang bagi personel di bagian gudang untuk mengirimkan bahan baku dengan jenis dan jumlah tertentu ke departemen tertentu pada waktu tertentu pula.

7. Kartu catatan bahan baku mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran bahan baku dan digunakan sebagai catatan persediaan perpetual.

Adapun akuntansi terhadap bahan baku dibagi menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi pemakaian bahan baku. Dalam melakukan pembelian bahan terdapat beberapa prosedur yang terdiri dari: permintaan pembelian, pesanan pembelian, dan penerimaan bahan. Maka, ada 3 dokumen pembelian bahan yang terdiri dari surat permintaan pembelian, surat pesanan pembelian, dan laporan penerimaan barang. Ketiga laporan tersebut digunakan sebagai dasar dalam pencatatn pembelian bahan. Metode fisik atau metode perpetual adalah metode yang dapat diterapkan dalam melakukan pencatatan persediaan bahan. Namun metode perpetual lebih sering digunakan untuk tujuan pengendalian dan menyajikan informasi yang lebih rinci dibandingkan metode fisik. Karena itu perusahaan skala menengah dan besar umumnya menggunakan metode ini.

Sedangkan akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku sama dengan akuntansi untuk bahan baku dengan menggunakan sistem persediaan perpetual. Ketika bahan baku diterima, maka akun bahan baku akan didebit. Hal ini berbeda dengan sistem persediaan periodik yang mendebit akun pembelian. Jumlah dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Setiap jenis bahan baku menggunakan satu kartu. Kartu-kartu tersebut digunakan sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku.

Ketika terjadi suatu kondisi dimana harga-harga menjadi tidak stabil, maka pembebanan harga pokok bahan baku untuk keperluan produksi dan penentuan nilai persediaan akhir bahan baku dapat dihitung dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:

1. Sistem periodik (fisik)

Sistem ini menerapkan bahwa pembelian bahan baku di catat dalam rekening pembelian bahan baku. Jika memiliki persediaan awal bahan maku, maka persediaan awal dicatat di rekening terpisah, yaitu rekening persediaan bahan baku awal. Pembelian yang ditambah dengan persediaan awal akan menghasilkan bahan baku siap pakai. Perhitungan fisik terhadap persediaan bahan baku yang tersisa di akhir periode dilakukan untuk mengetahui nilai persediaan akhir.

Pemilihan metode penilaian bahan baku ini sangat penting karena terkait langsung dengan harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok penjualan, dan juga akan mempengaruhi rugi laba. Penggunaan metode yang sudah ditentukan hendaklah dilakukan dengan konsisten dan tidak diganti agar dapat menyajikan kalkulasi laba rugi yang baik.

2. Sistem permanen (perpetual)

Sistem ini menerapkan pembelian bahan baku yang dicatat dalam rekening persediaan bahan baku. Jika memiliki persediaan awal, maka persediaan awal tersebut termasuk dalam rekening persediaan bahan baku tersebut. Saat bahan baku digunakan maka rekening persediaan bahan baku akan di kredit dan rekening yang di debit adalah rekening barang dalam proses.

Pada sistem ini menetapkan bahwa harga pokok bahan yang digunakan untuk berproduksi ditentukan saat bahan baku tersebut digunakan. Saldo dari rekening persediaan bahan baku akan menunjukkan harga pokok bahan baku yang siap dipakai. Maka dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan atau nilai persediaan akan langsung ditentukan saat pemakaian atau saat pembelian.

Dalam hal pengendalian bahan baku dapat dilakukan melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, serta bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut diawali dengan adanya persetujuan anggaran penjualan dan produksi serta penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikiri ke gudang atau pelanggan. Pengendalian persediaan dapat dilakukan melalui pengendalian unit dan pengendalian uang.

Pengendalian persediaan dapat berjalan dengan baik jika peningkatan atau penurunan dalam persediaan sejalan dengan pola yang sudah diperkirakan sebelumnya, yang mana pola tersebut terkait erat dengan jadwal penjualan dan produksi. Tujuan dari pengendalian bahan baku ini adalah untuk melakukan pemesanan pada waktu yang tepat melalui sumber terbaik untuk mendapatkan jumlah yang sesuai dengan harga dan kualitas. Agar pengendalian persediaan dapat berjalan dengan efektif maka harus memperhatikan:

a. Pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk operasional yang efektif.
b. Memiliki persediaan yang memadai untuk satu periode dalam pasokan kecil dan mengantisipasi perubahan harga.
c. Menyimpan bahan baku dengan penanganan yang tepat dan mencegah agar terhindar dari kerusakan atau kehilangan.
d. Memperkecil item yang tidak aktif, kelebihan, atau rusak dengan melaporkan perubahan produk yang dapat mempengaruhi bahan baku .
e. Memastikan persediaan yang memadai untuk segera dikirimkan ke pelanggan.
f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan selalu konsisten dengan kebutuhan operasi atau perencanaan manajemen.