Break Even Point

Dalam dunia usaha terdapat kerancuan dalam mengartikan apa itu BEP (Break Even Point). Ada yang mengartikan BEP adalah titik impas. Dan ada sebagian lagi yang mengartikan BEP sebagai balik modal.

Lantas, apa arti BEP yang sebenarnya: titik impas ataukah balik modal?

Nah, agar tak salah lagi dalam mengartikan BEP, tulisan ini akan menjelaskan secara detail untuk Anda.

Apa itu Break Event Point?

BEP atau Break Even Point adalah titik di mana pendapatan dari usaha sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan.

Break Even Point menjadi ukuran yang penting dalam bisnis. Namun, sering kali pengusaha mengartikan BEP dengan balik modal.

Padahal secara teori dan faktanya, titik impas dan balik modal adalah dua hal yang sangat berbeda.

Mengenal Perbedaan Balik Modal dan Titik Impas

Untuk mengetahui apa sebenarnya BEP itu, maka Anda harus paham apa yang dimaksud dengan balik modal dan titik impas.

Setelah mengetahui definisi dari kedua istilah ini, Anda akan memahami arti yang sebenarnya dari BEP.

Apa Itu Balik Modal?

Dalam istilah keuangan, balik modal disebut juga dengan ROI (Return on Investment).

Balik modal adalah adalah suatu kondisi di mana total keuntungan yang diperoleh setiap bulannya telah menyentuh nilai investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha.

Dengan kata lain ROI adalah suatu kondisi di mana suatu perusahaan telah mengembalikan modalnya.

Yang dimaksud sebenarnya dengan balik modal ialah profit yang didapatkan dari usaha. Balik modal juga menjadi indikator yang menunjukkan jika seluruh modal yang sudah dikeluarkan akhirnya bisa kembali.

Saat membuka sebuah usaha, Anda tentunya menyediakan modal untuk sewa tempat, membeli peralatan, atau kebutuhan lainnya.

Dalam ilmu akuntansi, modal dalam aktivitas usaha atau bisnis digunakan sebagai biaya operasional.

Sementara itu jika dilihat secara tinjauan teoretis ada dua jenis biaya operasional:

  1. Biaya tetap
  2. Biaya tidak tetap (variabel)

Biaya tidak tetap adalah penghitungan biaya yang berdasarkan dari penjualan usaha.

Sebagai contoh, dalam menjalankan usaha ini anda harus menyewa tempat dengan biaya sewa Rp400.000/bulan.

Dengan tanggungan biaya operasional ini, meskipun tidak ada penjualan atas produk yang Anda tawarkan, Anda tetap harus membayar biaya sewa tempat ini.

Jadi, meskipun usaha anda sepi dan tidak ada pemasukan, tetap ada biaya yang harus dikeluarkan. Inilah yang dimaksud dengan biaya tetap.

Sementara itu, saat terjadi proses penjualan, ada biaya lain yang ditimbulkan. Misalnya Anda harus mengirim pesanan pelanggan atau harus mengganti barang pesanan.

Biaya yang dikeluarkan ini, untuk mengirim pesanan dan mengganti barang, adalah biaya tidak tetap.

Sehingga semakin banyak penjualan, maka biayanya juga meningkat.

Sehingga dari proses bisnis ini, dapat dikatakan jika biaya operasional merupakan akumulasi biaya tetap dan biaya variabel.

Apa Itu Titik Impas?

Titik impas adalah titik di mana pendapatan usaha sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak ada kerugian atau keuntungan.

Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa BEP adalah titik impas.

Agar lebih mudah, berikut contoh titik impas pada bisnis:

Misal Anda memiliki usaha makanan. Per harinya, usaha makanan ini membutuhkan biaya operasional (biaya tetap + biaya variabel) total Rp200.000.

Pada hari ini Anda berhasil menjual 20 porsi makanan dan menghasilkan penjualan total Rp200.000.

Maka per hari ini, jumlah pengeluaran (biaya operasional) sama dengan jumlah pemasukan, yakni Rp200.000.

Artinya, agar jumlah pengeluaran dan pemasukan sama, maka Anda harus menjual 20 porsi per harinya.

Ini adalah titik impas, di mana anda tidak untung dan tidak rugi.

Kemudian jika pada hari yang lain Anda berhasil menjual lebih dari 30 porsi per harinya, maka barulah anda mendapatkan untung karena syarat untuk mendapatkan keuntungan, Anda harus menjual lebih dari 20 porsi per hari.

Inilah mengapa pelaku usaha perlu mengetahui Break Even Point (BEP) agar bisa memasang target minimal penjualan harian atau bulanan.

Anda bebas menentukannya, yang terpenting anda harus tahu berapa banyak penjualan yang harus dicapai untuk berada pada posisi titik impas.

Sehingga dengan menerapkan hal ini, Anda bisa menentukan bisnis anda untung atau rugi.

Manfaat Analisis Break Event Point (BEP)

Salah satu manfaat utama yang bisa Anda dapatkan dari menghitung BEP adalah Anda akan mengetahui berapa harga jual minimum yang perlu ditentukan.

Hal ini bertujuan agar Anda tidak mengalami kerugian dan Anda juga bisa menghitung jumlah produk yang perlu diproduksi agar akumulasi keuntungan dapat menutup biaya pengeluaran.

Bagi anda yang baru mengenal BEP dan belum mengetahui apa itu BEP yang sebenarnya, tentu akan sedikit sulit untuk mengetahui harga jual dan mencari tahu besarnya keuntungan yang harus dipertimbangkan.

Oleh karena itu sangat disarankan jika sudah selesai menghitung harga pokok, maka hitung juga BEP sebelum menentukan harga jual.

Manfaat Analisis Return On Investment (ROI)

Dalam menjalakan bisnis, seharusnya kalkulasi ROI juga dijalakan pada saat Anda menghitung HPP (Harga Pokok Produksi) dan BEP.

Meskipun itu hanya sebatas hasil perhitungan estimasi ROI, tetap dapat Anda jadikan sebagai referensi dalam menentukan strategi penjualan dan marketing bisnis Anda.

Ada pun beberapa manfaat melakukan analisis ROI adalah sebagai berikut:

  • Mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produksi dan efisiensi departemen penjualan
  • Untuk perusahaan yang memiliki data industri, analisis ROI dapat membandingkan efisiensi modal yang digunakan di perusahaan dengan perusahaan lain atau pesaing
  • Dapat digunakan untuk mengukur efektivitas tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap divisi dengan membebankan semua biaya dan modal ke divisi masing-masing
  • Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari setiap produk yang diproduksi oleh perusahaan
  • Dapat menjadi dasar pengambilan keputusan ketika perusahaan melakukan ekspansi

Contoh Cara Menghitung Break Even Point

Untuk memberi gambaran yang lebih mengenai apa itu BEP, berikut adalah ilustrasi penghitungan Break Even Point (BEP) pada usaha mie ayam:

Biaya tidak tetap (misal: bayar listrik, pegawai, sewa tempat) adalah Rp100.000/hari. Biaya ini harus anda keluarkan meskipun tidak ada penjualan per harinya.

Jika ada penjualan, untuk tiap porsi yang terjual terdapat biaya yang perlu dikeluarkan sebesar Rp5.000 untuk beli mie, ayam, bumbu dll.

Misalnya, terjual 10 porsi, maka biaya variabel yang dikeluarkan adalah Rp50.000 (Rp5000 x 10 porsi).

Jadi, total biaya operasional (biaya tetap + biaya variabel) adalah Rp150.000 (Rp100.000 + Rp50.000).

Dari setiap porsi yang terjual, anda mendapatkan Rp10.000. Maka, kalau menjual 10 porsi, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp100.000 (Rp10.000 x 10 porsi).

Dari perhitungan di atas dapat diketahui jika biaya operasional usaha mie ayam per hari adalah Rp150.000. Sedangkan pendapatan Anda dari 10 porsi penjualan adalah Rp100.000.

Perhitungan ini menunjukkan kalau bisnis anda belum impas karena biaya operasional lebih besar dari pendapatan Anda.

Untuk mencapai titik impas, biaya harus sama dengan pendapatan.

Berapa titik impasnya? Berikut ini rumus penghitungannya:

Biaya tetap (A), biaya operasional (B), dan harga jual produk (C), maka rumusnya:

  • A + (B x n) = C x n

Dari contoh di atas, maka:

  • Rp100.000 + (Rp5.000 x n) = Rp10.000 x n
  • Rp100.000 = ( Rp10.000 x n) – ( Rp5.000 x n)
  • Rp100.000 = Rp5.000 x n
  • n = Rp100.000 / Rp5.000
  • n = 20

Jadi, titik impasnya atau bisa dikatakan BEP jika Anda sudah menjual mie ayam sebanyak 20 porsi per harinya.

Kesimpulan

Break Event Point (BEP) sama dengan titik impas, atau bukan merupakan titik balik modal.

Sehingga anggapan yang selama ini ada bahwa BEP adalah balik modal, jelas perlu diluruskan karena hal itu tidaklah tepat.

Jadi, yang dimaksud dengan BEP atau titik impas adalah pendapatan usaha sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak rugi dan juga tidak untung.

Sedangkan yang dimaksud dengan balik modal adalah keuntungan yang dihasilkan dari pemasukan usaha, seluruh modal yang telah dikeluarkan (misal untuk sewa tempat, renovasi, membeli perlengkapan dsb) bisa kembali.

Balik modal ini dalam istilah keuangan disebut dengan Return on Investment (ROI).

Semoga dengan memahami perbedaan tersebut, kita tidak salah kaprah dalam menggunakan istilah Break Even Point (BEP).