republika-11-jan-2016

Senin, 11 Januari 2016, 16:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — PT Zahir Internasional, pengembang software akuntansi di Indonesia, makin serius menggarap pasar segmen menengah hingga atas. Tak tanggung-tanggung, perusahaan yang dibidik termasuk yang beromzet Rp 1 triliun per tahun.

Zahir Internasional hadir sejak 1996 dengan produk Zahir Accounting versi 1.0. Kini pada usia 19 tahun, Zahir Internasional terus berkembang. Tahun lalu, perusahaan pun meluncurkan produk terbaru, yakni Zahir Accounting versi 6.0 yang dikembangkan oleh para ahli berpengalaman untuk membangun sistem di berbagai bisnis.

Hingga kini, Zahir Accounting telah digunakan oleh lebih dari 30 ribu perusahaan berskala kecil, menengah, dan besar dengan 60 ribuan pengguna (user/lisensi) di Indonesia serta mancanegara. Jumlah itu pun terus bertambah. Kini Zahir telah banyak tersebar di lebih dari 30 kota di Indonesia dalam wujud kantor pusat atau cabang, gerai, agen, dan reseller (pengecer).

Kepada wartawan Republika Dian Fath Risalah El Anshari, CEO PT Zahir Internasional, Muhamad Ismail, bercerita mengenai kebiasaan masyarakat yang masih enggan mengandalkan teknologi untuk bisnisnya. Padahal di sisi lain, perkembangan teknologi, khususnya internet dan telepon pintar, melaju dengan pesat. Berikut hasil wawancaranya.

Bagaimana awal bisnis Zahir?
Awalnya pendiri Zahir adalah Pak Fadil, mahasiswa ITB jurusan Fisika angkatan 1991. Di pertengahan 1900-an, antara 1995 sampai 1996, beliau menjalankan bisnis advertising (periklanan). Dalam perkembangannya ternyata tidak mudah untuk mengelola bisnis periklanan. Pada saat itu dibutuhkan laporan instan yang cepat. Seperti ada pertanyaan, ‘hari ini utang berapa, sih?’ Atau pertanyaan lainnya terkait pencatatan keuangan, akhirnya dibuatlah software accounting.

Mulai 1996 sampai 1997, kami memasarkan software accounting. Alhamdulillah, berangkat dari situ, banyak small and medium enterprise yang mempunyai kebutuhan yang sama. Kami pun terus mengembangkan aplikasi accounting yang simpel, mudah digunakan, dan powerfull.

Sejak saat itu kami terus berkembang, dari 1996 sampai 1999. Lalu pada 2000-an, kami pindah dari Bandung ke Jakarta. Di Jakarta kami berkembang. Setelah 2004, kami terus berkembang dan melakukan ekspansi dengan membuat kantor di beberapa daerah, seperti di Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan sekarang sudah lebih dari 30 kota di Indonesia. Untuk pemasarannya, alhamdulillah juga terus tumbuh. Meskipun konsentrasi di Indonesia, konsumen kami juga ada beberapa di luar negeri, seperti di Timur Tengah, Jepang, Italia.

Bagaimana Anda melihat kondisi dan potensi pasar Zahir di Indonesia?
Untuk potensi pasar, kami yakin dan optimistis dengan industri software. Memang waktu awal pembuatan Zahir pada 1996-1997, orang melihat teknologi bukan bagian yang penting dari bisnis. Namun, kalau sekarang seiring berkembangnya telepon pintar, orang semakin sadar bahwa teknologi tak bisa dipisahkan dari bisnis.

Kami melihat pasar accounting software tumbuh dengan luar biasa. Mereka pun semakin sadar dan membutuhkan software untuk mengambil sebuah keputusan yang cepat. Sehingga tidak ada penolakan dari penggunaan software kami. Karena dengan menggunakan software kami, semua transaksi tercatat dan dalam mengambil keputusan pun lebih cepat.

Melihat pertumbuhan industri software, kira-kira potensi market share bagaimana yang bisa diraup?
Kalau market share, terus terang belum ada studi value seperti apa. Kalau lihat small and medium enterprise market share, ratusan ribu itu sudah sangat besar. Bahkan, kalau mau lihat UKM yang kecil pun bisa jutaan. Jadi kalau melihat pasarnya, sangat besar. Indonesia pun masih menopang ekonomi dari small dan medium enterprise, jadi kita melihat peluang sangat besar.

Untuk strateginya bagaimana?
Untuk strategi, dalam ekspansi, Zahir semakin besar. Selama ini Zahir fokus di software accounting. Banyak sebenarnya yang bertanya, mengapa Zahir tidak mencoba membuat sofware lain. Menjawab pertanyaan itu, justru kami menganggap ini strategi kami yang simpel dan powerfull. Dengan fokus pada software accounting, kami akan terus berkembang di sisi software-nya. Kami juga fokus dengan kebutuhan konsumen dan area accounting yang kami kejar.

Kami berpikir agar bagaimana dari hari ke hari software ini semakin mudah, powerfull dan dimengerti, serta membantu pengusaha dan entry user. Kami juga berusaha agar dekat dengan pelanggan.

Sekarang orang bisa dengan mudah membeli software online. Dari situlah kami ingin memberikan pelayanan dengan mendekatkan diri pada pelanggan, dengan cara memberikan training. Jadi mereka bisa bertanya, bagaimana cara menggunakan software tersebut, bagaimana kalau ada troubleshooting pun bisa langsung ditanyakan.

Maka itu, di Jakarta saja kami ada beberapa kantor, seperti di Kemang, Ratu Plaza, dan Kelapa Gading. Tahun ini, kami juga akan membuka kantor di Depok dan Bekasi. Pokoknya, kami fokus dalam satu hal, biar nanti investasinya akan menguatkan kami dan semakin mendekatkan dengan pelanggan, serta memberikan kenyamanan kepada pelanggan.

Bagaimana dengan kesiapan infrastruktur Zahir?
Setelah beli dan pakai software ini, memang akan ada banyak kebutuhan. Pertama, mereka butuh training, bagaimana penggunaannya. Jadi setiap pembelian kami berikan training secara gratis. Selain training kami juga berikan implementasi, jadi kita bantu perusahaan, bagaimana perusahaan itu bisa menggunakan yang terbaik dan pemanfaatan yang maksimal untuk perusahaannya.

Hal ini berbeda-beda di setiap industri dan perusahaannya, sehingga kami berikan layanan implementasi. Kami juga berikan layanan support. Setiap perusahaan, karyawannya juga ganti-ganti. Untuk itu, saat karyawan baru butuh training, kita punya call centre, jadi any time mereka butuh, bisa kita bantu.

Saat ini, apa perkembangan bisnis Zahir yang terbaru?
Pada 2015, kami merilis produk Zahir Online. Sebelumnya produk Zahir berbasis desktop, di PC, laptop. Makin ke sini, ada internet dan Indonesia yang memiliki wilayah luas dan kepulauan menjadi tantangan tersendiri untuk kami. Bagaimana perusahaan bisa mengelola keuangan perusahaan di beberapa tempat yang terpisah dengan jarak dan pulau.

Zahir Online yang berbasis web memberikan kemudahan bagi pelanggan. Ketika mereka butuh pengelolaan yang terintegrasi online, mereka langsung bisa menggunakan.

Pada 2016, kami juga akan mengenalkan aplikasi dengan model berlangganan, hanya dengan Rp 200 ribu per bulan. Sehingga mereka yang small enterprise bisa menggunakan produk kami dengan lebih mudah. Insya Allah pada kuartal pertama, akan kami luncurkan.

Soalnya, untuk membeli, range harga mulai dari Rp 15 juta. Range harga desktop Rp 20 juta sampai Rp 100 juta. Sehingga, untuk menjangkau market secara luas, kami mengubah sistem, dengan berlangganan Rp 200 ribu, mereka sudah bisa mengatur keuangannya.

Namun, fitur-fiturnya beda juga yang ditawarkan, segmen berbeda dan tidak kanibal. Ada fitur-fitur yang memang berbeda. Seperti di perusahaan besar ada multicurrency karena ada ekspor dan impor. Atau ada juga perusahaan yang multiprice, jadi setiap pembeli beda-beda harganya, ada fiturnya sendiri.

Kemudian, di level enterprise kami juga sediakan VIP Support. Setiap bulan kami akan kunjungi dan dan tentunya akan menjadi prioritas.

Saat ini Anda melihat kompetitor Zahir seperti apa?
Untuk kompetitor pasti ada, cuma yang menggarap software accounting itu belum ada. Kompetitor kami sekarang justru mereka yang melakukan pembukuan secara manual dan bagaimana meyakinkan mereka agar bisa menggunakan Zahir. Realita sekarang, ternyata perusahaan besar keuangannya masih manual dan tidak menggunakan software. Jadi peluang masih banyak.

Padahal, mereka bisa investasi pabrik ratusan miliar, tapi untuk investasi software puluhan juta tidak mau, sehingga menjadi tantangan kami bagaimana mereka yakin menggunakan software. Ada cerita teman saya di Bali, dia curhat bisnisnya berantakan.

Sudah bisnis setengah mati, tapi uangnya justru tidak ada. Akhirnya, saya tawarkan implementasi Zahir. Setelah tiga bulan, dia baru sadar ternyata ada uang dia yang nyangkut di luar sekitar Rp 1,2 miliar.

Jadi banyak orang yang bisnis besar, tapi tidak sadar punya uang Rp 1,2 miliar karena tidak ada pencatatan menggunakan software. Akhirnya, dia melakukan pembenahan, sekarang dia malah bisnis tidak hanya satu, bahkan dia sekarang kerja setiap Senin saja.

Bagaimana Zahir menghadapi fenomena perlambatan ekonomi?
Ada pasti, tapi alhamdulillah bisnis kita masih tumbuh. Pengaruhnya ada di beberapa sektor di pasar kami yang bagus tapi tidak jalan karena perlambatan ekonomi. Namun kami tetap yakin di bisnis trading dan jasa, karena masih besar permintaannya. Alhamdulillah tidak begitu terasa di bisnis kami. Saya juga optimistis bila melihat kondisi sekarang. Memang ada perlambatan dan memengaruhi juga dengan dolar, tapi demand kami masih lumayan besar.

Bagaiamana target Zahir dalam satu tahun?
Kami menargetkan Zahir akan terus tumbuh di atas 25 persen. Angka itu menunjukkan kami masih optimistis. Pada 2015 saja kami masih melihat bisnis kami masih oke. Meskipun ada perlambatan ekonomi, kesadaran tekonologi makin meningkat. Jadi buat kami itu peluang yang menarik.

Lagipula, sekarang penggunaan IT masih sangat tinggi, masih banyak sektor yang tidak goyah dan masih oke, kami pun optimistis. Dua-tiga bulan terakhir ini mulai bergairah lagi. Kalau sekarang, misalnya, infrastruktur pemerintah jalan, otomatis perusahaan kontraktor ada lagi.

Target jangka panjang Zahir seperti apa?
Zahir memiliki mimpi sejak awal berdiri adalah go global. Insya Allah dimulai pada awal semester 2016, kami mencoba ekspansi ke Malaysia. Setelah itu, kami akan ekspansi ke negara lain di ASEAN.

Kami juga akan buat produk international market, karena kami tidak mau jadi nomor satu di Indonesia, kami juga mau berbagi produk ini untuk pasar yang lebih luas. Zahir memiliki kekhasan, yakni ada fitur-fitur menarik yang justru tidak ada di pasar luar.

Di Indonesia kan level ekonomi menengah. Setelah ada krisis global, barulah banyak negara yang sadar bahwa bisnis menengah jadi penopang, dan Zahir sudah fokus selama 20 tahun. Selama pengalaman 20 tahun ada fitur unik yang kami tawarkan.

Tantangan dan harapan Zahir ke depan seperti apa?
Tantangan, ya itu tadi. Kami masih berusaha menyadarkan pengusaha agar mengunakan aplikasi teknologi untuk membantu aktivitas bisnis. Seharusnya, ke depan bisnis harus menggunakan teknologi. Kami mau menyadarkan bahwa mereka perlu menggunakan aplikasi ini untuk menjalankan bisnis.

Sulit memang untuk mengubah kebiasaan. Walaupun di angkatan pengusaha muda kesadaran teknologi itu tinggi, jumlah perusahaan yang belum aware itu masih sangat besar. Untuk harapan, dengan ekspansi Zahir, kemudian internet dan gadget yang semakin murah, akan lebih menyadarkan perusahaan bahwa teknologi software accounting ini menjadi penting. n ed: mansyur faqih

***
Belajar dari Kisah Sukses

“Saya sangat suka membaca profil orang sukses. Dari membaca kisah sukses mereka, saya merasa ada motivasi.” Begitu jawaban Muhamad Ismail yang kini menjabat sebagai CEO PT Zahir Internasional, pengembang software akuntansi di Indonesia, ketika ditanya mengenai kunci sukses keberhasilan kariernya.

Ketertarikan keturunan Yaman-Malang kelahiran Jeddah, 23 Maret 1982 itu dengan dunia bisnis memang sudah tampak sejak ia duduk di bangku kuliah. Setiap hari, ia selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke toko buku di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, hanya untuk membaca buku marketing dan kisah sukses.

“Dari situ saya merasa ada motivasi. Saya sangat suka membaca kisah sukses yang sering ada di majalah. Salah satu strategi saya menghibur diri, karena gratis juga, soalnya saat itu masih menjadi mahasiswa kere,” ujar Muhamad kepada Republika saat ditemui di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (5/1).

Kisah sukses pun menjadi motivasi Muhamad dalam menuntaskan pendidikan S1 jurusan Akunting dan IT serta S2 Manajemen di Universitas Bina Nusantara. Ia pun tak pernah lelah untuk belajar. Bahkan saat ini, Muhamad masih melanjutkan S3 Manajemen di universitas yang sama.

Selain membaca kisah sukses orang lain, kata dia, kunci lainnya dalam meraih kesuksesan adalah selalu ingat dengan Sang Pencipta. Ayah dua anak tersebut pun bercerita mengenai tradisi di perusahaannya. Setiap panggilan azan, otomatis semua kegiatan berhenti dan bersama-sama menunaikan kewajiban shalat berjamaah.

Tak hanya kepada karyawan, penerapan ilmu agama juga ia terapkan dalam mendidik kedua putrinya. “Misalnya, tiap anak saya meminta sesuatu, saya tidak pernah melarangnya. Saya akan menuruti semua permintaan mereka, asal ada syaratnya. Syarat tersebut untuk mengajarkan anak bahwa tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu,” kata Muhamad.

Syarat yang pernah ia minta ke anaknya, antara lain, menghafal surat di Alquran. “Alhamdulillah di usia sembilan tahun, putri pertama saya sudah hampir hafal semua surat di juz 30,” kata pria yang pernah bercita-cita menjadi dokter tersebut.

Bahkan, tambah dia, putri pertamanya tersebut saat ini sudah meminta agar dimasukkan ke dalam pesantren saat memasuki jenjang sekolah menengah pertama. n ed: mansyur faqih

Sumber : www.republika.co.id