ROI

Mengingat kembali mengenai ROI dan ROE

ROI atau Return On Investment merupakan istilah untuk melakukan identifikasi potensi rasio uang yang didapatkan dari hasil investasi. Top manajemen mereview ROI suatu usaha untuk menilai seberapa sukses usaha tersebut berjalan. Nilai ROI menjabarkan seluruh keuntungan finansial sampai peningkatan efisiensi.

Setiap pengeluaran yang berkontribusi dalam cakupan investasi perusahaan diperhitungkan dalam ROI. Misalnya, merekrut tenaga IT untuk mengoptimalkan website perusahaan atau membayar fotografer untuk mengambil gambar produk dianggap sebagai Return On Investment.

Dalam beberapa kasus, ROI digunakan sebagai dasar untuk menghitung besaran nilai investasi. Misalnya, investor ingin mengetahui potensi ROI dari sebuah usaha atau investasi sebelum memberikan dananya pada perusahaan tersebut. Menghitung potensi ROI dengan akurat umumnya melibatkan pembagian pendapatan perusahaan per tahun atau keuntungan dengan jumlah investasi saat ini. Selain itu perusahaan juga menggunakan ROI sebagai pengukuran keberhasilan suatu proyek. Jika suatu perusahaan menginvestasikan sejumlah dana untuk membuat iklan, maka manajemen akan melihat penjualan yang dihasilkan dari iklan tersebut dan menggunakan informasi tersebut untuk menentukan ROI. Jika hasil yang didapatkan melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka perusahaan dapat dikatakan mendapatkan ROI.


Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI adalah dengan membagi return (laba bersih) dengan jumlah yang diinvestasikan:

ROI (%) = Laba bersih/investasi x 100

Misalnya jika suatu perusahaan mendapatkan penghasilan bersih Rp. 10.000.000 dimana biaya investasinya sebesar Rp. 8.000.000. Maka ROI yang dihasilkan adalah Rp. 10.000.000 : Rp. 8.000.000 = 1,25 jika dibuat dalam prosentasi ROI adalah 125%.

Jika ROI bernilai negatif maka investasi tersebut merupakan kerugian. Sebaliknya, jika ROI bernilai positif maka investasi tersebut menguntungkan. Semakin tinggi tingkat ROI perusahaan, maka semakin baik perusahaan tersebut.

Pada umumnya perusahaan menggunakan ROI untuk menentukan strategi pemasaran yang akan memberikan return yang tinggi. Strategi ini tidak hanya menjadi indikator seberapa banyak ROI yang digunakan pada tahun sebelumnya, tapi juga ekspektasi perusahaan di masa yang akan datang.

ROE disebut juga Return On Equity, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaand alam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE tergantung pada skala perusahaan, dimana perusahaan kecil dengan modal yang kecil maka ROE yang dihasilkan relatif kecil. Demikian juga sebaliknya, jika perusahaan besar dengan modal yang besar, maka ROE yang dihasilkan juga besar.

Bagi pihak manajemen atau pemegang saham, ROE sangat penting karena digunakan sebagai pengukuran dari shareholder value creation, dimana semakin tinggi rasio ROE maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal ini tentunya akan menarik investor untuk mngucurkan dananya di perusahaan tersebut.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ROE adalah:

Return on Assets= Profit Before Income Tax / Total Equity

Jika hasil perhitungan ROE mendekati 1, maka menunjukkan efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Namun jika nilai ROE mendekati 0, maka perusahaan tidak dapat mengelola modal dengan efisien untuk mendapatkan penghasilan.

Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana yang didapat dikembalikan dari ekuitas menjadi laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri. ROE tinggi akan menyebabkan posisi pemilik modal perusahaan semakin kuat.